Liputan6.com, Bandung SoldatenKaffee sudah berdiri sejak tahun 2011. Namun pada tahun 2013, Henry Mulyana, memutuskan untuk menutup kafe tersebut akibat kontroversi tentang tema kafe. Kontroversi ini dipicu oleh pemberitaan sebuah media yang menyebut kafe tersebut sebagai kafe Nazi.
Advertisement
Nationalsozialistische Deutsche Arbeitrerpartei adalah sebuah partai di Jerman yang didirikan pada tahun 1920. Mengusung konsep Nationalsozialist, partai ini umum disebut sebagai Nazi. Pada tahun 1921, Adolf Hitler memimpin partai tersebut hingga tahun 1945.
Satu hal menggemparkan yang dilakukan oleh partai ini adalah holocaust atau pembunuhan massal terhadap golongan Yahudi dan golongan lain. Pandangan partai Nazi dan tindakan holocaust tersebut menimbulkan kontroversi kemanusiaan, baik terkait rasa kemanusiaan maupun tentang pemikiran moral dan ideologi.
Akibat sejarah kelam ini, berbagai simbol terkait Nazi, misalnya Swastika, menjadi satu hal yang sangat sensitif. Keberadaan simbol-simbol Nazi juga lah yang akhirnya menjadi pemicu kontroversi dari SoldatenKaffee yang berujung pada penutupan kafe itu.
Pada hari Sabtu (21/6/2014), pihak SoldatenKaffee menyelenggarakan konferensi pers terkait dibukanya kembali kafe tersebut. Dalam konferensi pers itu hadir pemilik kafe, Henry Mulyana. Pihak kafe menjelaskan bahwa konsep kafe itu bukan lah tentang Nazi.
Pihak kafe menyebut bahwa konsep kafe itu sesungguhnya adalah karya-karya bertema Perang Dunia 2. Dijelaskan pihak kafe bahwa selain ornamen terkait Nazi, ada pula berbagai ornamen lain bertema militer negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia 2 (Lihat video konferensi pers di sini).
Selain mengklarifikasi perihal konsep kafe, konferensi pers juga mengutarakan versinya sendiri tentang Nazi yang diklaim sebagai sebuah fakta. Yakni bahwa yang menjadi target pembunuhan Nazi hanyalah golongan Yahudi dan Komunis Rusia.
Ditanya melalui telepon pada Selasa (24/6/2014) oleh Liputan6.com tentang pandangan pihak restoran perihal pembunuhan Nazi pada versi sejarah itu, Henri Mulyana selaku pemilik restoran menjelaskan bahwa pihak manapun yang menjadi target pembunuhan massal, maka tindakan tersebut tak dapat dibenarkan secara moral.
“Kafe ini justru ingin mengingatkan kembali sejarah yang terjadi sehingga hal tersebut tak terulang kembali. Semua ini cuma tentang sudut pandang positif atau negatif dalam melihat restoran ini,” ucap Henri Mulyana.
Jika ingin mengulik sendiri tentang kafe ini, kunjungi facebook SoldatenKaffee.