Berantas Mafia, RI Harus Tambah Tangki Minyak

Kekurangan tangki penyimpan minyak membuat mafia minyak bisa dengan leluasa memainkan harga minyak yang dibeli Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Jun 2014, 17:01 WIB
Lokasi pengolahan minyak mentah di Refinery Unit (RU-5), Balikpapan, Kaltim, Rabu (24/11). Kilang ini mampu menghasilkan BBM berupa dari sumber minyak mentah Kalimantan. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota tim sukses calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo-Jusuf Kalla dari kalangan profesional, Ari H Soemarno menyatakan, kekurangan tangki penyimpan minyak membuat Indonesia dipermainkan oleh mafia minyak.

Ari mengatakan, mafia minyak bisa dengan leluasa memainkan harga minyak yang dibeli Indonesia. Hal itu disebabkan Indonesia tidak memilki stok minyak untuk disimpan sehingga harus terus mengimpor demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketergantungan kepada impor membuat Indonesia akan cepat mengikuti setiap pergerakan harga minyak.

"Impor bahan bakar minyak (BBM) besar, tidak diimbangi infrastruktur penyimpanan. Akibatnya kita dimainin pasar, inilah yang disebut mafia pasar, Akibatnya kita beli spot terus. Kalau tender- tender sesuai prosedur tapi pasar memainkan kita," kata Ari di Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Ari melanjutkan, mafia minyak juga akan bermain ketika fasilitas pengelola (kilang) minyak Indonesia mengalami kendala. Karena kilang dalam negeri rusak, Indonesia akan mengimpor lebih banyak minyak. Dalam kondisi ini, mafia mengambil keuntungan lebih dengan menaikkan harga.

"Saya tahu betul permainan yang sama. Kalau kilang mati sedetik saja, Singapura langsung bereaksi menaikkan harga minyak. Hal demikian susah di kontrol, tapi salah satu jalan mengatasinya yaitu dengan punya tangki banyak. Kalau kilang mati kita tidak apa, masih punya cadangan banyak," papar Ari.

Selain menambah tangki untuk memberantas mafia minyak, Indonesia juga harus membeli minyak langsung ke produsen. Tidak seperti selama ini melalui pedagang (trader).

"Bangun tangki, mengubah pola pembelian langsung ke produsen, secara bertahap saya sudah melakukannya (waktu menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina -red)," tuturnya. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya