Liputan6.com, Sudan Sebanyak 37 persen anak di Bentiu, Sudan Selatan, mengalami kekurangan gizi akut, kata seorang juru bicara PBB pada Senin (23/6).
Jumlah tersebut disiarkan oleh Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan dalam satu taklimat di Markas PBB, New York.
Advertisement
PBB terus meningkatkan layanan air, kebersihan, kesehatan dan gizi di tempat tersebut untuk mereka yang kehilangan tempat tinggal di Bentiu, guna menanggulangi tingginya angka kematian anak.
"Lembaga penyedia makanan dan gizi meningkatkan penyaringan dan perawatan guna mengatasi kasus gizi buruk sesegera mungkin, termasuk gerbang bagi kedatangan baru," kata Dujarric seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (25/6/2014).
Menurut OCHA, banyak orang yang tiba di Bentiu dilaporkan mengungsi akibat kondisi rawan pangan di daerah tempat tinggal mereka, yang berada di dekat garis depan konflik.
Pertikaian politik di dalam negeri tersebut antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakil presiden Riek Machar berubah jadi konflik penuh yang telah merenggut ribuan jiwa, dan membuat hampir lima juta orang memerlukan bantuan makanan dan membuat kedua pihak melakukan kekerasan.
Secara keseluruhan, 923.000 orang Sudan Selatan menjadi pengungsi di dalam negeri mereka sendiri, sementara lebih dari 293.000 orang telah mengungsi ke negara tetangga sejak krisis meletus pada pertengahan Desember 2013, kata Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).
Puluhan ribu warga sipil yang kehilangan tempat tinggal mencari tempat perlindungan pangkalan pasukan pemelihara perdamaian PBB (UNMISS) di seluruh negeri itu.