Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia biasanya selalu berbangga jika mampu membeli produk atau menjalankan pengobatan di luar negeri. Hal tersebut seolah menunjukKan kelas seseorang di dalam masyarakat.
Namun menurut Pengamat Ekonomi Faisal Basri, merupakan hal yang wajar jika seseorang lebih memilih untuk melakukan pengobatan di luar negeri jika dibanding di dalam negeri. Pasalnya, biaya pengobatan pada rumah sakit di luar negeri, seperti di Malaysia justru jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di Indonesia.
"Contohnya rumah sakit yang kelola pemerintah, malah lebih mahal 3 kali jika dibandingkan dengan dari rumah swasta yang ada di Malaysia," ujar Faisal di sela-sela Seminar Nasional Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (25/6/2014).
Selain masalah biaya pengobatan, masalah jarak tempuh juga menjadi pertimbangan masyarakat. Hal ini mengingat wilayah Indonesia yang luas dan sebagian besar rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap berada di Jakarta.
"Kalau orang Medan, wajar mereka lebih milih ke berobat ke Penang (Malaysia) dari pada ke Jakarta. Dari sana dengan Air Asia murah. Kalau dari sana naik Garuda (Indonesia) ke Jakarta bisa Rp 2,5 juta. Itu untuk ongkosnya per jalannya saja," kata dia.
Sementara itu, jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 para pekerja khususnya untuk profesi tertentu seperti dokter yang berasal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan dengan mudah masuk ke Indonesia.
Meski demikian, Faisal menilai kondisi tersebut tidak akan menjadi masalah mengingat dengan jumlah penduduk banyak, kebutuhan akan dokter di Indonesia juga besar.
"Ya biarkan saja kondisinya seperti itu. Sebetulnya saat ini juga mulai ada, seperti ada dokter dari Singapura sudah prakter disini. Kalau itu dilarang, nanti malah orang Indonesia yang berobatnya ke luar negeri," tandas dia. (Dny/Ahm)
Advertisement