Pemilih memasukkan kertas suara di sebuah TPS di Sabha, Selatan Libya, (25/6/2014). (REUTERS/Saddam Alrashdy)
Pasca jatuhnya rezim Muamar Gaddafi tiga tahun lalu, Warga Libya melakukan Pemilu untuk memilih anggota parlemen yang baru, (25/6/2014). (REUTERS/Esam Omran Al-Fetori)
Sebelum masuk ke bilik suara, warga Libya diwajibkan melakukan pendaftaran di Tempat Pemungutan Suara. Tampak salah satu warga Libya sedang melakukan pendaftaran di sebuah TPS di Benghazi, (25/6/2014). (REUTERS/Esam Omran Al-Fetori)
Seperti di Indonesia. Untuk menjaga kerahasiaan pilihan, bilik suara hanya boleh digunakan secara bergantian. Usai menentukan pilihan di balik bilik suara, warga Libya langsung menuju kotak suara, (25/6/2014). (REUTERS/Esam Omran Al-Fetori)
Beberapa kotak plastik disiapkan untuk menaruh kertas suara yang sudah digunakan warga Libya pada Pemilu Parlemen, Benghazi, (25/6/2014). (REUTERS/Esam Omran Al-Fetori)
Petugas membantu warga lanjut usia yang akan memasukkan kertas di Tempat Pemungutan Suara yang ada di sebuah sekolah di Tripoli, (25/6/2014). (REUTERS/Ismail Zitouny)
Usai menentukan pilihan, jari para pemilih dalam Pemilu Parlemen di Libya diberikan tanda tinta oleh petugas TPS setempat, Al Bayda, (25/6/2014). (REUTERS)
Liputan6.com, Jakarta Pemilih memasukkan kertas suara di sebuah TPS di Sabha, Selatan Libya, (25/6/2014). (REUTERS/Saddam Alrashdy)