Harga Tertekan, Penjualan Batu Bara United Tractors Naik

Penurunan penjualan alat berat masih didorong dari penurunan harga batu bara dan crude palm oil.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Jun 2014, 14:56 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas batu bara yang masih tertekan tidak menyurutkan bisnis penjualan batu bara PT United Tractors Tbk (UNTR). Hal ini terlihat dari volume penjualan batu bara perseroan meningkat hingga Mei 2014.

Berdasarkan situs PT United Tractors Tbk, yang dikutip Jumat (27/6/2014), penjualan batu bara perseroan naik 48,77 persen menjadi 2,92 juta ton hingga Mei 2014 dari periode sama tahun sebelumnya 1,96 juta ton.

Investor Relation UNTR, Ari Setiyawan menuturkan, kenaikan volume penjualan batu bara itu disumbangkan dari tambang batu bara yang sudah beroperasi seperti Asmin Bara Bronang dan Duta Nurcahya. Perseroan yang menjual batu bara berkalori menengah dan tinggi ke Jepang, Korea dan Taiwan.

"Penjualan batu bara naik karena dengan beroperasinya tambang baru," kata Ari, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (27/6/2014).

Perseroan melalui anak usahanya PT Pamapersada Nusantara telah menandatangani perjanjian pemegang saham untuk membeli 30 persen saham PT Asmin Bara Bronang dan PT Asmin Bara Jaan pada 2010. Pembiayaan itu berasal dari dana hasil penerbitan saham baru perseroan pada 2008 yang mencapai US$ 380 juta.

Meski penjualan batu bara naik, rasio pengelupasan tanah atau overburden removal turun menjadi 335,8 juta ton hingga Mei 2014 dari periode sama tahun sebelumnya 338,4 juta ton.

Selain itu, penjualan alat berat perseroan masih lesu. Penjualan alat berat perseroan turun 11,83 persen menjadi 1.901 unit hingga Mei 2014 dari periode sama tahun sebelumnya 2.126 unit.

Penjualan alat berat terbesar masih ke sektor tambang mencapai 36 persen. Lalu disusul sektor konstruksi sekitar 29 persen, sektor perkebunan 20 persen, dan sektor kehutanan sekitar 15 persen.

"Ini faktor penurunan penjualan alat berat masih sama karena penurunan harga batu bara dan crude palm oil (CPO)," kata Ari. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya