Diminta Pangkas Rantai Perdagangan Ayam, Ini Reaksi Mendag

Mendag sebut harga wajar untuk ayam berada di kisaran Rp 28 ribu sampai Rp 31 ribu tergantung dari jumlah permintaan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 27 Jun 2014, 17:18 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan laporkan pengusaha kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), mahalnya harga ayam imbas dari rantai perdagangan yang panjang. Dari informasi KPPU, rantai perdagangan ayam tersebut mencapai 8 tahapan.

Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan tengah memikirkan bagaimana memotong rantai tersebut namun tetap bisa menjaga ketersedian ayam sehingga harga ayam stabil.

"Ini sesuatu yang sedang saya pikirkan, Anda pernah lihat  graphic ayam? Naiknya Rp 35 ribu tahun lalu, turun sampai Rp 23 ribu itu turunnya kayak naik jet coster. Nah, saya nggak bisa memotong mata rantai ketika supply tidak stabil, jadi kita mesti stabilkan berapa harga ayam mestinya" kata dia di Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Lutfi mengatakan, harga wajar untuk ayam berada di kisaran Rp 28 ribu sampai Rp 31 ribu tergantung dari jumlah permintaan. Untuk puasa ketika permintaan tinggi, kenaikan sebanyak 10% merupakan sesuatu yang wajar.

Lanjut dia, untuk mematong rantai perdagangan ketersedian ayam mesti berada pada kisaran 40 juta sampai 41 juta per minggu.

"Setelah didapatkan 40 juta sampai 41 juta satu minggu, baru kita berpikir mengecilkan rantai perdagang tersebut," lanjut dia.

Contohnya, kata dia, agar pasokan stabil pedagang di ujung mesti memiliki frezeer untuk menyimpan ayam. Dengan begitu pasokan ayam aman karena tak langsung dijual pada hari itu juga.

Imbuh Lutfi, pihaknya akan segera bertemu dengan pihak KPPU terkait masalah ini. Pasalnya, jika pemotongan rantai dagang tidak dilakukan secara benar maka akan mengakibatkan kebangkrutan masal.

"Tapi ini sesuatu yang kita bicarakan ke KPPU, apa dampaknya ketika tak lakukan akan terjadi kebangkrutan massal pada  peternak mandiri dan industri," tukas dia. (Amd/Nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya