Sebagai Saksi, Penulis Obor Rakyat Tak Penuhi Panggilan Polisi

Hingga kini Polri belum menerima konfirmasi terkait ketidakhadiran DS dalam pemeriksaan sebagai saksi kasus Tabloid Obor Rakyat.

oleh Edward Panggabean diperbarui 27 Jun 2014, 18:48 WIB
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bareskrim Polri menjadwalkan pemeriksaan kali kedua kepada penulis tabloid Obor Rakyat, Darmawan Sepriosa (DS). Pemeriksaan ini terkait DS sebagai terlapor, dalam kasus dugaan pencemaran nama baik dan fitnah kepada capres Joko Widodo (Jokowi), melalui tabloid yang terbit pada edisi perdana awal Mei lalu itu.

Namun pemeriksaan sebagai saksi ini batal dipenuhi DS. Sebab, sejak siang dia tak juga muncul di gedung Korps Bayangkara yang dipimpin Jenderal Polisi Sutarman itu.

"DS sampai dengan sekarang belum tiba, kita masih menunggu," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Bahkan Agus mengaku, sejauh ini belum ada konfirmasi kehadiran dari Darmawan untuk memenuhi panggilan ini. "Kita belum ada (konfirmasi)," singkatnya.

Agus menjelaskan, sesuai jadwal selain memanggil DS hari ini, penyidik juga akan memeriksa saksi lain dalam kasus ini. Termasuk, Dewan Pers yang akan dimintai keterangan.

"Sesuai dengan jadwal panggilan hari ini kita akan melalukan pemeriksaan saksi, termasuk saksi terlapor DS. Sementara dari Dewan Pers juga kita panggil hari ini," katanya.

Selain saksi DS, penyidik juga akan memanggil saksi ahli bahasa dan saksi ahli pidana, untuk memperkuat maksud konten pemberitaan itu. Serta untuk memperkuat asas hukum pidana yang terkandung dalam konten yang dinyatakan telah memfitnah.

Polri sebelumnya telah memeriksa Pemimpin Redaksi Obor Rakyat Setiyardi Budiono. Setiyardi mengaku pemberitaan yang ditulisnya memiliki sumber yang jelas. Ia mengaku tidak ada motif politik di balik pemberitaan itu.

Sebab, menurut Setiyardi, narasumber yang dimunculkan jelas dan menujukkan akurasi data dalam pemberitaannya. Karena itu menurutnya berbeda dengan salah satu TV nasional, yang kerap menjatuhkan salah satu pasangan capres tertentu.

Tabloid Obor Rakyat mencari pangsa pasar di pondok pesantren, kata Setiyardi, lantaran kurang mendapat informasi dari media mainstream (arus utama) saat ini. Tabloid ini pun diakuinya telah terbit 3 edisi sejak Mei 2014.

Tabloid Obor Rakyat beredar di sejumlah pondok pesantren di Jawa Timur belakangan ini menjelang Pilpres 2014. Konten pemberitaan tabloid tersebut dianggap mendiskreditkan dan memfitnah capres bernomor urut 2 Joko Widodo alias Jokowi.

Jokowi disebut sebagai keturunan Tionghoa dalam tabloid tersebut. Padahal Jokowi sendiri mengakui berasal dari keluarga muslim. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya