Kasino Bakal Dibangun di Srilanka

Setelah perang saudara kini Srilanka menjadi pilihan investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jun 2014, 05:30 WIB
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Colombo - Srilanka kini menjadi incaran para konglomerat untuk menanamkan investasinya di negara itu. Salah satunya perusahaan holding yaitu John Keells Holdings, salah satu perusahaan terbesar di Srilanka yang berencana untuk menyiapkan resor baru terbesar.

Nilai investasi yang dibenamkan sekitar US$ 820 juta. Jumlah investasi itu besar untuk perusahaan dalam negeri di Srilanka. Dana itu digunakan untuk membangun hotel mewah dengan 800 kamar, tempat konfrensi, pusat perbelanjaan, apartemen, kompleks perumahan dan daya tarik untuk wisatawan yaitu kasino. Resor terpadu tersebut akan dibuka pada 2018.

Sejak akhir perang saudara selama 26 tahun pada 2009 telah mencengkeram perhatian pada Srilanka. Orang asing kembali menemukan peluang di negara tersebut termasuk potensi wisata luar biasa dari pemandangan menakjubkan dari Samudra Hindia dan makanan pedas.

Hal ini ditunjukkan dari kedatangan wisatawan tumbuh lebih dari 20 persen per tahun pada periode 2009-2012. Pertumbuhan ini pesat sekali dibandingkan periode 2004-2008 hanya sekitar 5 persen. Tahun lalu, jumlah wisatawan naik 1,3 juta.

Adapun perusahaan terbesar di Srilanka, John Keells didirikan oleh dua orang asal Inggris pada 1870 yang berprofesi sebagai broker. Perusahaan ini memiliki investasi di food and beverages, supermarket, hotel, bank dan pelabuhan. Dalam menjalankan sektor bisnis ini, pemegang saham dikendalikan oleh keluarga dan 56 persen dipegang oleh investor institusi asing.

"Segera setelah perang berakhir, kami memutuskan Srilanka akan jadi tempat," ujar Susantha Ratnayake, chairman grup tersebut, seperti dikutip dari Forbes, yang ditulis Minggu (29/6/2014).

Ia menambahkan, peluang investasi di sektor pariwisata ini melihat masyarakat India bepergian ke Singapura, Malaysia dan Macau. Oleh karena itu, manajemen Keells pun memutuskan strategi pariwisata untuk dikembangkan pasca perang.

"Mengapa kami tidak dapat membuat peluang itu, padahal itu kesempatan dolar. Apa yang membuat orang India kembali sejauh ini. Jawabannya high end shopping, dan hiburan.Kami tahu jika memasukkan bisnis baru maka harus memiliki skala," kata Ratnayake.

Ia mengatakan, dengan membangun sebuah kasino maka orang-orang akan datang. John Keells sendiri mencatatkan pendapatan berlipat sejak 2009 menjadi US$ 675 juta pada 2013. Laba bersih perseroan naik menjadi US$ 107 juta pada 2013.

Pejabat Sri Lanka ingin menggandakan jumlah wisatawan asing menjadi 2,5 juta pada 2016. Dengan pembangunan menarik, pemerintah menawarkan potongan pajak 10 tahun atas penghasilan yang dihasilkan dari pengunjung selain perjudian. Pemerintah pun menunjuk untuk membangun kasino baru seperti mini Las Vegas di Danau Beira.

Meski demikian, John Keells akan mendapatkan persaingan dari Dhammika Perera, salah satu orang terkaya di negeri Srilanka dan miliarder Australia James Packer. Proyek Perera membangun resort dan kasino termasuk hotel dengan kapasitas 500 kamar, dan pusat perbelanjaan sendiri. Sedangkan Packer akan menanamkan investasi sekitar US$ 400 juta.

Untuk mendirikan kasino ini, John Keells sedang dalam pembicaraan untuk membawa operator perjudian internasional agar mendapatkan lisensi. Akan tetapi, banyak pihak yang tak setuju dengan pembangunan kasino. Sejumlah pemimpin agama Budha dan ratusan oposisi politik melakukan demo, dan menyatakan kalau bisnis tersebut akan menurunkan moral negara.

Meski demikian, di tengah rencana investasi pembangunan hotel dan kasino, negara tersebut dinilai masih menderita akibat perselisihan etnis. Vice chairman John Keells, Ajit Gunewardene menuturkan, saat ini diperlukan untuk menempatkan Colombo sebagai tempat untuk pariwisata mewah. Oleh karena itu, pihaknya menciptakan Colombo dan Srilanka yang baru. (Ahm/)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya