Liputan6.com, California - Para peneliti mengungkap, remaja yang mengirim lebih dari 100 pesan singkat atau SMS per hari diduga memilliki nafsu seks yang tinggi atau lebih aktif secara seksual. Sementara bagi mereka yang mengirim sexting lebih dari enam kali sehari kemungkinan sudah melakukan hubungan seks di luar nikah.
Studi ini menyebut ada persamaan yang jelas antara sexting dan perilaku berisiko. Penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal Pediatrics pada Juli 2014 ini menemukan bahwa para siswa sekolah menengah, yang menerima sexting lebih dari enam kali kemungkinan juga aktif secara seksual.
Sexting sendiri merupakan aktivitas pengiriman dan penerimaan pesan SMS seksual eksplisit atau foto melalui telepon seluler. Sexting bukan merupakan aktivitas seksual alternatif, namun aktivitas ini ada berhubungan dengan aktivitas seksual.
Menarik Perhatian Dunia Kesehatan
"Temuan ini cukup menarik perhatian dunia kesehatan. Dokter anak dan orangtua harus mengetahui cara terbaik untuk berkomunikasi dengan remaja tentang sexting dalam kaitannya dengan perilaku seksual," kata Eric Beras di University of Southern California, yang memimpin penelitian.
Mengutip laman Daily Mail, Rabu (2/7/2014), penelitian ini melibatkan lebih dari 1.300 siswa sekolah menengah di Los Angeles, yang juga merupakan bagian dari proyek Center for Disease Control and Prevention's Youth Risk Behavior Survey.
Responden yang mengikuti survei ini berusia antara 10-15 tahun, dengan usia rata-rata 12 tahun. Hasilnya, 20 persen dari mereka mengaku pernah menerima sexting dan 5 persen di antaranya pernah mengirim sexting.
Advertisement
87 Persen Siswa Mengaku Heteroseksual
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa 15% dari remaja yang memiliki akses ke ponsel telah melakukan sexting, dan 54 persen melaporkan mengetahui seseorang yang telah mengirim sebuah sexting.
"Sexting seharusnya ditangani dalam kelas pendidikan seks. Topik ini juga bisa membantu orangtua membuka percakapan soal seks dengan anak remaja mereka" kata Eric Rice, asisten profesor pekerja sosial di University of Southern California, Los Angeles.
Rice melihat data dari lebih dari 1.800 siswa sekolah tinggi di Los Angeles. Sebagian besar siswa berusia 14 sampai 17 tahun. Mereka menjawab pertanyaan tentang praktek sexting dari mereka sendiri dan teman-teman mereka. Mereka juga melaporkan tentang aktivitas seksual mereka dan praktek seks yang aman.
Hampir 87 persen siswa mengaku sebagai heteroseksual. Sementara yang lainnya dilaporkan sebagai gay, lesbian, biseksual, transgender, atau tidak yakin orientasi mereka.
Temuan Rice mengungkapkan, mereka yang memiliki teman-teman yang mengirim sexting jauh lebih mungkin melakukan sexting, sekitar 17 kali lebih. "Dan remaja yang sexting, tujuh kali lebih mungkin untuk aktif secara seksual," katanya.