Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku garis kemiskinan sepanjang periode Maret 2013-Maret 2014 naik 11,45 persen. Ukuran pengeluarannya dari Rp 271.626 per kapita per bulan pada Maret tahun lalu menjadi Rp 302.735 per kapita per bulan di Maret 2014.
Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Kepala BPS, Suryamin mengatakan, komponen garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM) terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibanding bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
"Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada Maret ini sebesar 73,54 persen," ujarnya di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Selama periode Maret ini, kata Suryamin, komoditas makanan memberi sumbangan terbesar ke GK baik di kota maupun di desa. Terbesar, sambungnya, beras dengan andil 25,14 persen di perkotaan dan 32,89 persen di pedesaan.
"Rokok kretek filter menyumbang terbesar kedua ke GK dengan porsi 9,68 persen di kota dan 8,64 persen di desa. Rokok nggak menghasilkan kalori, tapi karena menyumbang ke pengeluaran, jadi kita hitung. Coba kalau pengeluaran rokok dibelikan beras," ucap dia.
Penyumbang GK lainnya adalah telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, bawang merah, kopi, dan sebagainya.
Sementara sumbangan GKBM terhadap GK, tertinggi adalah perumahan 9,78 persen di kota dan 7,31 persen di desa. Lalu disusul listrik sebesar 3,48 persen di kota dan 2 persen di desa, bensin 3,16 persen di kota dan 2,46 persen di desa. Juga ada kontribusi lain dari GKBM golongan pendidikan, angkutan, kayu bakar, serta perlengkapan mandi. (Fik/Ndw)
Advertisement