Komisi XI DPR RI dan Pemerintah Sepakati Asumsi Makro 2015

Untuk nilai tukar rupiah, Komisi XI menyepakati rentang Rp 11.500 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Rp 12.100 per dolar AS.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Jul 2014, 18:13 WIB
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia menyepakati usulan asumsi makro yang akan masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 dari pemerintah. Namun proyeksi nilai tukar rupiah mengalami perubahan.

"Kami menyetujui asumsi makro yang diusulkan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan. Sedangkan kurs rupiah berubah range-nya," kata Ketua Komisi XI, Olly Dondokambe membacakan kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Asumsi Dasar Tahun Anggaran 2014 di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (2/7/2014).

Beberapa asumsi dasar yang disetujui, yakni pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5 persen hingga 6 persen, laju inflasi diproyeksikan berada di rentang 3 persen sampai 5 persen. Sementara asumsi suku bunga SPN 3 bulan di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen sebagai dampak dari rencana The Fed.

Untuk nilai tukar rupiah, Komisi XI menyepakati rentang Rp 11.500 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Rp 12.100 per dolar AS. Angka tersebut merupakan gabungan dari patokan pemerintah yang sebesar Rp 11.500 per dolar AS hingga Rp 12.000 per dolar AS. Sedangkan Bank Indonesia (BI) lebih pesimistis memasang kurs rupiah Rp 11.900 per dolar AS hingga Rp 12.100 per dolar AS.

"Prospek neraca pembayaran Indonesia (NPI) perlu dicermati karena ada ketidakpastian ekonomi global. Tapi NPI sudah tercatat positif sehingga berpotensi mendorong ekspor dan membaiknya harga komoditas. Sedangka transaksi berjalannya belum dapat ditekan," tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Chatib Basri mengaku, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan membaik sehingga mampu mengerek volume perdagangan dan ekspor Indonesia. Ekspor merupakan salah satu penopang ekonomi nasional, selain konsumsi domestik dan investasi.

"Meskipun pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2014 sebesar 5,2 persen, namun kecenderungan konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan kenaikan daya beli masyarakat. Tren investasi baik penanaman modal asing serta penanaman modal dalam negeri agak melambat," paparnya.

Chatib optimistis, akan terjadi konsolidasi makro yang membuka ruang investasi bakal mengalami pemulihan. Namun kondisi tersebut harus dicermati mengingat The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga dan dapat berpengaruh ke ekonomi Indonesia. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya