Liputan6.com, Havana - Setelah hampir 55 tahun membuat larangan ekspor kendaran, pemerintah Kuba akhirnya mencabut larangan tersebut pada Desember 2013 lalu.
Namun yang sangat mengejutkan, selama enam bulan larangan ekspor kendaraan, hanya ada 50 unit mobil dan 4 sepeda motor yang dibeli antara Januari sampai Juni 2014.
Sejak larangan ekspor dicabut, pemerintah Kuba tetap mengontrol penjualan kendaraan dalam negeri dengan mendirikan diler yang dikelola oleh negara sehingga harganya pun menjadi sangat mahal.
Advertisement
Di negara yang terkenal dengan cerutu kelas atasnya ini, mobil hanya dimiliki oleh orang kaya di Kuba, seperti dilansir dari Carscoops, Jumat (4/7/2014).
Terlebih lagi, sebagian besar penduduk di Kuba hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan berkisar US$ 17 atau sekitar Rp 212 ribu (Kurs Rp 11.916 per US$).
Dengan pendapatan yang amat kecil, tentunya sangat sulit untuk memiliki Peugeot 206 seharga US$ 91 ribu atau sekitar Rp 1 miliar atau Peugeot 508 seharga US$ 206 ribu atau sekitar Rp 2,45 miliar.
Pemerintah sebagai eksportir sekaligus distributor menaikkan harga mencapai 400 persen dari harga normal. Hal ini membuat pertumbuhan mobil di negara komunis tersebut sangat kecil dan membuat Kuba di dominasi oleh mobil-mobil tua.
Kendaraan di Kuba pada saat ini di dominasi oleh mobil keluaran 1950-an seperti Chevrolet atau Buick yang diekspor sebelum Revolusi Kuba terjadi pada 1959.
Kebijakan yang diambil Presiden Kuba saat ini Raul Castro memperbolehkan masyarakat untuk melakukan jual beli kendaraan namun harus mendapat izin khusus dari pemerintah.
Oleh karena itu, masyarakat pun enggan karena tentunya mengurus izin khusus untuk jual beli kendaraan dapat dipersulit oleh pemerintah. Hal ini tentunya membuat penjualan mobil di negara tersebut tidak berkembang secara maksimal. (Ysp/Nrm)