Liputan6.com, Washington DC - Merebaknya ancaman bom, membuat pemerintah AS semakin meningkatkan keamanan di beberapa penerbangan menuju negeri pimpinan Barack Obama itu. Terutama dari Eropa dan Timur Tengah.
Langkah itu diambil, karena mereka khawatir teroris sedang mengembangkan bom yang lebih canggih. Bahan peledak yang dirancang untuk bisa lolos dari pemeriksaan bandara.
Advertisement
"Kami telah mengerahkan Badan Keamanan Transportasi (Transportation Security Administration/TSA) untuk menerapkan langkah-langkah peningkatan keamanan dalam beberapa hari mendatang, di bandara luar negeri yang dipilih," ucap Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson dalam sebuah pernyataannya seperti dimuat CNN, Kamis (3/7/2014).
"Kami akan memastikan langkah-langkah yang diperlukan itu, yang kemungkinan akan mengakibatkan sedikit gangguan bagi wisatawan," kata Johnson. "Kami berbagi informasi terbaru dan relevan dengan sekutu asing kami, dan berkonsultasi dengan industri penerbangan."
Apa saja langkah-langkah spesifik itu, dan di bandara mana saja yang akan diterapkan keamanan ekstra itu, lanjut Johnson, tidak akan diungkapkan.
Seorang pejabat keamanan dalam negeri AS mengungkapkan, TSA akan bekerja sama dengan maskapai penerbangan dan agen keamanan luar negeri. Untuk memperketat keamanan, terutama fokus pada bandara di Eropa dan Timur Tengah.
"Upaya itu tidak akan mengganggu penerbangan wisatawan. Tapi para penumpang akan mengalami inspeksi tambahan pada sepatu dan menggunakan media elektronik," jelas pejabat itu.
"Juga penggunaan alat pemeriksaan tambahan berupa scanner yang dirancang untuk mendeteksi jumlah bahan peledak. Tahap lainnya dari screening di gerbang keberangkatan," urai pejabat yang tak disebutkan identitasnya.
Sejauh ini, pemerintah AS mengungkapkan, langkah-langkah peningkatan keamanan itu tidak diterapkan pada penerbangan domestik.
Rencananya, peningkatan keamanan dalam pemeriksaan di bandara yang ditunjuk akan diberlakukan kepada para penumpang awal minggu depan.
Perubahan peraturan untuk meningkatkan keamanan di bandara itu muncul dari analisa intelijen baru terkait kelompok-kelompok teror. Mereka diyakini mencoba mengembangkan bahan peledak jenis baru yang sulit untuk dideteksi alat pelacak.
Sebelumnya, langkah keamanan dengan penguncian pintu kokpit diberlakukan usai serangan 11 September 2001 oleh Al Qaeda. Kini, fokus keamanan penerbangan AS telah bergeser, terkait informasi yang menyebut adanya dugaan pengembangan bom terbuat dari plastik, yang bisa lolos pemeriksaan sehingga dengan mudah masuk bagasi pesawat.
Aksi pengeboman yang melanda penerbangan AS pernah terjadi pada hari Natal tahun 2009. Bomber asal Nigeria Umark Farouk Abdulmutallab menyembunyikan bahan peledak plastik yang tak terdeteksi di celana dalamnya, dalam pesawat Northwest Airlines Penerbangan 253 dari Bandara Schiphol di Amsterdam, Belanda. Ia mencoba meledakkan pesawat yang mendarat di Airport Romulus, Michigan AS.
Untungnya, bom gagal meledak setelah seorang penumpang asal Belanda dengan bantuan penumpang lain memadamkan api dari bahan peledak tersebut. (Ein)