Liputan6.com, Jakarta - Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa pekan terakhir sampai ke level Rp 12.100, justru ditanggapi berbeda oleh pemerintah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri optimistis kurs rupiah akan berada di level Rp 11.600 pada semester II 2014.
"Kurs rupiah akan berada di Rp 11.600 dengan pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,5 persen, inflasi 5,3 persen, suku bunga SPN 3 bulan 6 persen, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Palm/ICP) US$ 105, lifting minyak 818 ribu barel per hari dan lifting gas 1.224 barel setara minyak," terang dia di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (3/7/2014).
Menurut Chatib, kondisi rupiah per 30 Juni lalu terjadi apresiasi terhadap kurs rupiah sebesar 2,5 persen ke level Rp 11.875 per dolar AS.
Advertisement
Nilai tukar terkuat berada di level Rp 11.271 dan posisi terlemah Rp 12.267 per dolar AS sepanjang semester I ini.
"Pelemahan rupiah kan temporer karena faktor yang paling dominan adalah pemilu. Kalau pemilu selesai, risiko politik lebih kecil, faktor ketidakpastian hilang dan kurs rupiahnya akan kembali stabil," jelasnya.
Dia bilang, pelemahan rupiah baru terjadi saat kompetisi kedua pasangan capres mulai panas. Selain itu, pemicu kedua adalah defisit neraca perdagangan sehingga menyebabkan kurs rupiah merosot Rp 200 per dolar AS.
"Tapi begitu defisitnya hilang, rupiah yang dari Rp 12.100 balik ke Rp 11.800-Rp 11.900 per dolar AS. Hanya saja sisa yang belum pasti konflik di Irak tapi hari ini harga minyak minyak mulai turun lagi. Jadi semuanya sementara, karena dari segi fundamental sebetulnya kita bisa di bawah Rp 11.500 pada kuartal II," cetusnya.
Pemerintah mencatat perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi di semester I sebesar 5,3 persen, inflasi 1,99 persen, suku bunga SPN 3 bulan 5,7 persen, nilai tukar rupiah Rp 11.738 per dolar AS, ICP US$ 106 per barel, lifting minyak 793 ribu barel per hari dan lifting gas 1.288 barel setara minyak.
Sedangkan pendapatan negara sepanjang Januari-Juni diproyeksikan mencapai Rp 714 triliun, belanja negara Rp 780 triliun, defisit anggaran Rp 66 triliun. Sementara penerimaan perpajakan semester I 2014 mencapai Rp 547,4 triliun. (Fik/Nrm)