Benyamin S dengan Karya-karyanya yang Fenomenal

Kesuksesannya dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika.

oleh Aditia Saputra diperbarui 04 Jul 2014, 15:00 WIB
Kesuksesannya dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika.

Liputan6.com, Jakarta Kesuksesannya dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

Di masa-masa itu, perusahaan rekaman berebut mengontrak Benyamin dan juga kawan-kawannya. Semula, Ben bergabung dengan Mesra Records, kemudian berlabuh ke Diamond Record, lantas menambatkan diri cukup lama ke Remaco.

Di perusahaan rekaman terakhir, Benyamin disandingkan dengan Ida Royani. Berbagai hits tercipta dari duet mereka, misalnya "Begini Begitu" atau "Di Sini Aje". Keduanya pun lantas menjadi artis papan atas.


Istilah Kompor Meleduk

Sejak ditinggal sang ayah, Benyamin kecil memang sudah membantu ibunya untuk mencari nafkah.

Istilah Kompor Meleduk

Di masa 1969 itu pula, lahir "Kompor Meleduk". Memasuki periode 1970-an, Benyamin menekuni dunia film. Lahirlah beberapa sinema yang ikonik berkat perannya, misalnya "Benyamin Biang Kerok" (1972) dan "Si Doel Anak Betawi" (1973) arahan sutradara legendaris Sjumandjaja.

Di dunia seni peran, Bang Ben juga tidak setengah-setengah atau aji mumpung semata. Buktinya, saat berperan sebagai bapak Doel di "Si Doel Anak Modern", dia menyabet penghargaan pemeran utama pria terbaik pada Festival Film Indonesia 1977.

Produktivitas itulah yang membuat Benyamin sulit ditandingi seniman tradisional pada zamannya. Tercatat Bang Ben menghasilkan 75 album musik dan membintangi 53 film. Mayoritas laris manis.


Selalu Gunakan Bahasa Indonesia

Kesuksesannya dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika.

Selalu Gunakan Bahasa Indonesia

Selain itu, Benyamin bersikeras menggunakan bahasa Indonesia, meski tentu dengan logat Jakarta. Bahkan, untuk seniman tradisional, dia teramat cerdas karena menggabungkan bahasa Inggris secara parodi di lagu "Superman".

Di masa jayanya pada 1970-an, Benyamin pentas di seluruh Indonesia. Kendala bahasa Indonesia dialek Betawinya tidak menjadi masalah. Bahkan penonton dari Kalimantan, Sulawesi, maupun Papua dikabarkan selalu terpingkal ketika dia pentas. Sebab, selama tampil di atas panggung, Bang Ben tidak hanya mengandalkan kedaerahan, tapi juga gestur dan musik yang pas untuk mengiringi liriknya yang jenaka.

Dan dari lirik lagu itulah, kita tahu Benyamin bukan semata seorang pelawak. Dia bukan hanya ikon yang menciptakan istilah "Muke Lu Jauh" saja, tetapi juga seseorang yang sangat peka dengan nasib rakyat kebanyakan, khususnya kaum jelata, di kota kelahirannya Jakarta.


Ciptakan Lagu Kelas Bawah

Kesuksesannya dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika.

Ciptakan Lagu Kelas Bawah

Pada lagu "Badminton", dia menggambarkan rakyat bermain permainan bulu tangkis dengan alat seadanya, termasuk menggunakan talenan, karena raket tak terbeli. Dan lagu itu dinyanyikan dengan lirik bahasa Sunda.

Dia juga dapat menggambarkan kemiskinan dan ekonomi non-formal dalam "Tukang Loak" dan "Tukang Tuak".

Dan kritisisme Bang Ben paling puncak adalah "Kompor Meleduk". Sebab, dia mencetuskan salah satu gagasan agar persoalan Jakarta bisa teratasi, yaitu partisipasi warga.

"Ayo ayo bersihin got, jangan takut badan belepot, coba teman jangan pada ribut, jangan pada kalang kabut," tandasnya.

Bang Ben meminta warga Jakarta ingat, bahwa got mampet karena salah mereka sendiri. Maka perbaikan secara kolektif mutlak diperlukan, dan fokus. Warga tidak boleh mementingkan diri sendiri, "jangan pada ribut, jangan pada kalang kabut".(Adt/Rul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya