Mayoritas Warga AS Anggap Uang Bisa Beli Kebahagiaan

Banyak orang mengatakan, uang belum tentu bisa membeli segalanya termasuk kebahagiaan. Tapi warga AS justru merasa kebalikannya

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 05 Jul 2014, 03:16 WIB
(Foto: Nydailynews)

Liputan6.com, Washington - Banyak orang mengatakan, uang belum tentu bisa membeli segalanya termasuk kebahagiaan. Tapi ungkapan itu tampaknya tak berlaku bagi warga Amerika Serikat (AS) yang merasa bahwa uang bisa membeli kebahagiaan.

Mengutip laman Dailymail, Sabtu (5/7/2014) survei yang digelar American Dream Poll menemukan sebagian besar partisipan berpendapatan US$ 100 ribu per tahun merasa dirinya sangat bahagia. Baginya, pendapatan yang tinggi tersebut mampu membuatnya merasa bahagia.

Sementara itu 10 persen dari 1.000 peserta survei mengatakan dirinya tetap merasa bahagia meski pendapatannya hanya sebesar US$ 30 ribu per tahun. Sebaliknya, sebanyak enam persen peserta mengaku uang tidak bisa membuat dirinya bahagia.

Meski demikian, sebagian besar setuju, penggunaan uang tersebut mempengaruhi rasa bahagia dalam hidupnya. Hampir seperempat partisipan yang berpendapatan US$ 50 ribu juga merasa bahagia karena uang yang dimilikinya.

Penelitian terpisah yang digelar Princeton University pada 2010 juga menemukan, kebahagiaan tergantung pada seberapa besar uang yang dicetak para partisipan. Setelah itu, pendapatan yang lebih tinggi dapat memberikan kepuasan hidup bagi sebagian besar warga AS.

Selain itu, para pegawai dengan penghasilan yang baik merasa hidupnya lebih terjamin. Emosinya juga cenderung lebih terjaga saat memiliki uang.

Berbicara soal kekayaan, 60 persen dari seluruh peserta survei menyebut dirinya kaya jika telah berhasil mendulang uang sebesar US$ 250 ribu per tahun. (Sis/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya