Liputan6.com, Jakarta Mason Crossley, seorang batita asal County Durham, Inggris harus butuh waktu setengah jam mengganti pakaiannya. Ia merasakan kesakitan dan kulitnya merah-merah usai memakai baju gara-gara lapisan kulitnya sangat rapuh.
Tak hanya saat memakai baju, bahkan aktivitas biasa lain seperti saat merebahkan tubuh untuk tidur, mengetukkan tangan ke kayu, mengantukkan kepala ke tembok pun bisa membuatnya kulitnya terluka dan merah-merah.
Advertisement
Keanehan yang dialami Mason, disadari beberapa hari sesudah kelahirannya di bulan Agustus 2013. Usai tangan Mason dipasangi gelang identitas di kaki, tak lama muncul merah-merah di area tersebut. Hal ini berlangsung hingga kini usianya 1 tahun 9 bulan.
"Sedih melihat Mason kesakitan. Dia harus berhati-hati dalam melakukan segala hal. Padahal ia adalah anak aktif yang suka bergerak," tutur Samantha Crossley, ibu Mason seperti dikutip Daily Mail, Jumat (4/7/2014).
Apa yang dialami Mason dalam dunia kedokteran disebut epidermolisis bulosa (EB). EB adalah penyakit yang digunakan untuk menggambarkan gangguan kulit langka yang menyebabkan kulit sangat rapuh.
Kerapuhan ini terjadi karena kulit Mason yang harusnya memiliki lapisan epidermis dan dermis, ternyata tidak ada lapisan tengahnya atau dermis.
Penyakit yang juga disebut butterfly boy karena rapuhnya kulit mirip dengan sayap kupu-kupu ini langka terjadi, sekitar satu dari 17.000 orang yang terkena kelainan kulit. Hingga kini, belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Pengobatan yang dilakukan berfungsi untuk mencegah luka tak jadi infeksi. (dik)