Masih Dimonopoli, Industri Penerbangan RI Sulit Berkembang

Seharusnya pemerintah membiarkan skema harga beberapa rute pesawat sesuai dengan mekanisme harga pasar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Jul 2014, 11:53 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan industri penerbangan di Indonesia dinilai masih cukup tinggi seiring kenaikan konsumsi masyarakat yang mayoritas dari kalangan ekonomi menengah.

Namun perkembangan itu dinilai kurang didukung dengan beberapa faktor dalam hal ini yang terpenting adalah dukungan pemerintah.

Ketua Indonesia National Air Carrier Assosiation (INACA) Arif Wibowo menilai selama ini seharusnya pemerintah membiarkan skema harga beberapa rute pesawat sesuai dengan mekanisme harga pasar.

"Mestinya saat rute bersaing bebas di Open Sky 2015, konsumen sudah harus merasakan harga tiket seperti mekanisme pasar, apalagi rute-rute padat, kalau satu dua rute peran pemerintah boleh main disitu," ungkap Arif seperti yang ditulis Sabtu (5/7/2014).

Dengan menerapkan mekanisme pasar dengan begitu maka harga tiket maskapai penerbangan untuk beberapa rute tidak diterapkan batasan tarif.

Sementara di sisi lain, menurut Arif tingkat daya saing industri penerbangan di Indonesia juga masih rendah mengingat saat ini fasilitas pendukungnya masih cenderung di monopoli oleh beberapa perusahaan.

"Dunia airlines itu kita harus berasaing bebas, tapi sedikit besinggungan dengan monopolistik, misalnya pemasok avtur hanya Pertamina, Bandar Udara juga begitu. Itulah yang menyebabkan PSC naik menjadi Rp 150-200 ribu untuk internasional, domestik mungkin akan naik lagi itu," kata Arif.

Menurut Arif, secara Undang-Undang sudah mendukung beberapa perusahaan migas milik swasta untuk turut berperan dalam penyedia avtur di industri penerbangan, hanya saja dalam pelaksanaannya hal itu tidak mampu diterapkan.

Salah satu hasilnya, harga avtur untuk wilayah Jakarta sekitar 91 sen dolar per liter dan di Papua mencapai 113 sen dolar per liter. Hal itu lebih mahal jika dibandingkan dengan harga avtur di Singapura yang hanya 78 Sen Dolar per liternya.

"Open Sky 2015 itu banyak tatangan yang bisa kita hadapi, kalau kita sudah baisa berlatih bersaing, yang penting itu regulatednya juga mau bersaing tidak," pungkasnya. (Yas/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya