Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pelaksana Asia Pulp & Paper Aida Greenbury Asia Pulp & Paper mengatakan, Indonesia perlu mengubah model bisnis dan industri demi menjaga lingkungan hidup. Pemerintah perlu mencari model bisnis baru yang dapat mendorong perlindungan hutan.
Mengutip Mangobay News, Sabtu (5/7/2014), pernyataan tersebut dilayangkan setelah menerima laporan bahwa Indonesia kini telah melampaui Brasil sebagai negara dengan kerusakan hutan terparah di dunia.
Alhasil pimpinan salah satu perusahaan kertas terbesar di Indonesia meminta pemerintah mengubah model bisnis agar para pengusaha memahami cara perlindungan hutan.
"Indonesia perlu mengambil pendekatan yang lebih komprehensif untuk mengatasi kerusakan hutan dengan melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepedulian pada lingkungan," ujar Greenbury.
Dia lantas meminta pemerintah mengikuti langkah Brasil yang berhasil mengurangi kerusakan hutan hingga 80 persen.
Advertisement
Pada saat bersamaan pemerintah Brasil juga berhasil memperbaiki lahan hutan rusak di tengah berbagai kegiatan perekonomian.
"Brasil berhasil mengatasi kerusakan hutan akibat industri dalam 10 tahun terakhir melalui bantuan para pemegang saham, pemerintah, dan perusahaan swasta," ujarnya.
Artinya, perusahaan swasta dan pemerintah Indonesia harus lebih proaktif mengatasi masalah kerusakan hutan akibat kegiatan perekonomian.
Menurutnya, kerusakan tersebut harus dianggap sebagai tantangan perekonomian dan bukan sebagai pengambilan kebijakan biasa.
"Memulai model bisnis baru di Indonesia tentu bukan tanpa tantangan. Tapi saya rasa, ekonomi Indonesia bisa terbangun tanpa harus merusak hutan,"tandasnya. (Sis/Nrm)