Din: Jangan Pilih Pemimpin karena Intrik Apalagi Imbalan

"Saya juga tidak setuju kalau Pilpres ini dipersepsikan sebagai perang. Apalagi sampai perang badar. Sebab di sini tidak ada perang fisik."

oleh Shinta NM Sinaga diperbarui 05 Jul 2014, 16:23 WIB
Din Syamsuddin berpidato dalam tabligh akbar di Stadion Manahan, Solo. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)

Liputan6.com, Malang Seluruh anggota Muhammadiyah diimbau  ikut menyukseskan Pilpres dan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) pada Rabu 9 Juli mendatang. Anggota maupun kader Muhammadiyah tidak boleh golput.

"Ketika memilih seorang calon pemimpin harus mengedepankan rasionalitas, integritas, moral, dan apakah calon tersebut agamis. Kalau memilih pemimpin hanya karena intriknya, apalagi hanya karena imbalan materiil, maka itu namanya jahat sekali dan orang bersangkutan tidak cerdas sama sekali," ucap Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Hal ini disampaikan dia dalam Kajian Ramadan 'Rekonstruksi Masa Depan Berbasis Kejernihan Qalbu' di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang, Jawa Timur, Sabtu (5/7/2014).

Din mengemukakan, jika masih kurang yakin dengan pilihannya, maka berdoalah dan lakukan salat istikharah terlebih dahulu sebelum datang ke TPS, karena untuk menentukan nasib bangsa 5 tahun ke depan.

"Saya juga tidak setuju kalau Pilpres ini dipersepsikan sebagai perang. Apalagi sampai perang badar. Sebab di sini tidak ada perang fisik dan tidak ada kaitannya dengan perang agama," cetus Din.

Muhammadiyah juga diminta jangan mau dicabik-cabik untuk kepentingan para elite politik atau politisi. Terutama menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

"Dengan kejernihan kalbu, kita orang-orang Muhammadiyah maupun organisasinya jangan mau dicabik-cabik oleh kepentingan politisi. Muhammadiyah harus punya daya tahan, jangan sampai terseret arus," wanti-wanti Din.

Ia menilai, fakta di lapangan apa yang terjadi dalam 3 hari terakhir ini tidak hanya organisasi saja yang terbelah, negeri ini dan Islam pun juga terbelah hanya karena 'syahwat politik'. Kondisi negeri ini sudah berlebihan. Bahkan dirinya diyakinkan banyak pihak bahwa hasil Pilpres nanti hanya selisih tipis, sehingga berpotensi rusuh.

"Kalau hal itu sampai terjadi, negeri ini dihadapkan pada jurang kehancuran. Apalagi kekuatan asing sudah menunggu dengan caranya sendiri," kata Din.

Mengenai kedua capres-cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Din menilai, keduanya ada sisi baiknya dan ada sisi kurang baiknya. Muhammadiyah dianjurkan harus bisa menjadi wasit moral. Jangan sampai ada gontok-gontokan.

"Saya mengenal semua calon, dan Muhammadiyah kita dorong saja sebagai wasit moral yang tidak memihak capres siapapun," demikian Din. (Ant)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya