Mafia Minyak Ada Sejak Zaman Soeharto

Impor minyak Indonesia bertambah ketika Hatta Rajasa menjabat menjadi Menteri Perekonomian.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Jul 2014, 06:06 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Praktik mafia perminyakan bukan hal yang baru bagi industri minyak dan gas di Tanah Air. Praktik tersebut sudah ada sejak Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto.

Hal tersebut diungkap oleh Mantan Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Raden Priyono. Menurutnya, praktik mafia minyak mulai bangkit sejak era Presiden Soeharto dan terus berlanjut sampai saat ini.

Praktik mafia minyak tersebut melibatkan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola soal energi di Indonesia yaitu PT Pertamina (Persero).

Menurutnya, Pertamina lebih memilih membeli minyak dari luar negeri ketimbang membeli minyak dari dalam negeri yang diproduksi oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

"Dulu BP Migas eskpor, karena Pertamina tidak mau terima dari KKKS," kata Priono seperti ditulis Minggu, (6/7/2014).

Priono mengungkapkan, impor minyak Indonesia bertambah ketika Hatta Rajasa menjabat menjadi Menteri Perekonomian. Pelaku mafia minyak pun ternyata tidak berubah. "Dari zaman Pak Menko meningkat luar biasa. Orangnya itu saja," tambahnya.

Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah berikutnya harus memperbaiki tata kelola impor minyak. Pasalnya, praktik mafia minyak terus terulang di balik importasi minyak. "Itu harus diperbaiki, itu laten sekali," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya