Liputan6.com, Kairo - Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie dan 36 anggotanya pada Sabtu 5 Juli 2014 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Mesir lantaran dinilai bersalah atas aksi protes menentang pemerintahan militer pasca-penggulingan Presiden Mohammed Morsi.
Sebelumnya, Badie dan puluhan anggota lainnya divonis hukuman mati atas tewasnya seorang polisi, menyerang sejumlah orang, dan merusak fasilitas umum saat berunjuk rasa di Minya Selatan pada Agustus 2013 lalu.
Seperti apa sosok Mohamed Badie? Pria berusia 70 tahun itu mulai memegang posisi pemimpin Ikhwanul Muslimin sejak Januari 2010, menggantikan Mohammed Mahdi Akef.
Seperti dimuat dari Globalmbwatch, Senin (7/7/2014), pada 2010, Badie mengutarakan prediksinya atas kehancuran Amerika Serikat (AS). Kata dia, saat ini sudah terlihat tanda-tanda kehancuran Negeri Paman Sam.
"Uni Soviet pernah runtuh secara dramatis, tapi faktor kehancuran Amerika Serikat bakal lebih kuat dari penyebab hancurnya Uni Soviet yang tidak berpedoman pada moral dan nilai-nilai kemanusiaan," ujar Badie.
"Kini sudah dimulai masa akhir Amerika Serikat dan menuju masa kehancuan," imbuh dia.
Advertisement
Dipenjara Berkali-kali
Mohamed Badie lahir pada 7 Agustus 1943 di Al-Mahallah al-Kubra, Mesir. Dia memulai pendidikan tingginya di Veterinary Medicine College di Kairo pada 1960 dan lulus pada 1965. Ia kemudian menjadi dosen di Kampus Kedokteran Hewan tersebut.
Semasa hidupnya, Badie dikenal seorang tokoh Ikhwanul yang sangat ulet, teguh dalam pendirian, memiliki keyakinan yang kokoh terhadap cita-cita, dan memiliki pandangan-pandangan yang banyak mengadopsi pemikiran tokoh pergerakan Mesir, Sayyid Qutb.
Dia menikah dengan Samia al-Ashnawy, mantan Direktur Sekolah Dakwah Islam, yang adalah adik kandung dari tokoh Ikhwan generasi awal, Ali Ashnawy, seorang pilot yang dihukum mati tahun 1954 oleh Presiden Gamal Abdul Nasser, karena dituduh terlibat makar.
Badie memiliki empat anak, yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 1 laki-laki. Namun anak perjakanya tewas dalam kerusuhan di Kairo pada 16 Agustus 2013.
Dia mulai menjadi anggota Ikhwanul Muslimin pada 1959 usai diajak temannya, Muhammad Sulayman al-Najjar untuk memperjuangkan hak rakyat. Sejak itu, ia menjabat sejumlah posisi yang vital di gerakan tersebut.
Namun atas aksi memprotes pemerintah yang sangat intens, Badie dipenjara oleh militer selama 15 tahun, kemudian dibebaskan setelah menjalani masa hukuman 9 tahun. Setelah itu, ia kembali aktif mengajar dan di pergerakan Ikhwanul Muslimin.
Namun pada tahun 1999, Badie kembali dijebloskan ke penjara selama lima tahun oleh rezim Mesir. Setelah bebas, ia kembali berjuang bersama Ikhwanul Muslimin.
Kariernya tak hanya melesat di bidang politik, tapi juga di bidang akademik. Menurut Ensiklopedia Ilmuwan Arab, Badie dinobatkan sebagai satu dari 100 ilmuwan terhebat di Timur Tengah. Dia juga dikenal sebagai pendiri kampus kedokteran hewan High Veterinary Institute di Yaman. (Ein)
Baca juga:
Mesir Vonis Pemimpin Ikhwanul Muslimin Penjara Seumur Hidup
Advertisement