NSA Sering Sadap Informasi Hubungan Seksual Terlarang

Ada banyak file dalam dokumen pengintaian yang sebenarnya tidak layak untuk dipertahankan, salah satunya adalah informasi hubungan seksual.

oleh Iskandar diperbarui 08 Jul 2014, 10:20 WIB
Perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat (AS) diketahui pernah meminta penjelasan terkait program mata-mata Pemerintah AS.

Liputan6.com, Washington - Sebuah studi mengungkap, seluruh percakapan yang disadap oleh Badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) menunjukkan bahwa sebagian pengguna internet di Amerika Serikat (AS) atau di luar AS masih terjebak dalam penyadapan.   

"Sembilan dari 10 pemegang akun online yang ditemukan dalam dokumen pengintaian, yang diungkap oleh mantan pegawai NSA Edward Snowden, bukan saja menjadi sasaran pengintaian tetapi juga terjebak dalam sebuah jaringan suatu lembaga," demikian informasi yang dimuat Washington Post belum lama ini.

Pun demikian, penyadapan ini ada sisi positifnya. Salah satunya adalah membantu menangkap beberapa tersangka teroris, termasuk Umar Patek, pelaku pemboman di pulau Bali, Indonesia pada tahun 2002.

Akan tetapi, banyak analis yang menganggap banyak file lain yang sebenarnya tidak layak untuk dipertahankan. Seperti misalnya informasi tentang romansa percintaan, hubungan seksual terlarang, masalah keuangan serta konversi politik dan agama.

Selain itu Washington Post juga mengatakan bahwa ada sekitar 160.000 email dan percakapan pesan instan serta 7.900 dokumen yang diambil dari sekitar 11.000 akun online, yang dikumpulkan antara tahun 2009 dan 2012.


NEXT

NSA Mata-matai Huawei (Source : Techfess.com)

Menurut yang dilansir World Bulletin, Selasa (8/7/2014), hampir separuh dokumen pengintaian itu berisi nama, alamat e-mail atau rincian lain yang oleh NSA ditandai sebagai milik warga atau penduduk yang menetap di AS.

Washington Post juga mengatakan bahwa berkas tersebut berisi beberapa informasi penting, termasuk informasi baru tentang proyek nuklir rahasia di luar negeri, rahasia militer, dan identitas penyusup yang masuk ke jaringan komputer AS.

Namun hingga kini para pejabat di Washington belum menanggapi laporan dari surat kabar tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya