Liputan6.com, Jakarta Hollywood sudah berkali-kali membuat film tentang lembaga kepresidenan, entah dalam bentuk kisah fiktif (yang artinya presiden khayalan), maupun diangkat dari kisah nyata (yang artinya memfilmkan kisah presiden Amerika yang pernah hidup).
Negeri kita rasanya sedikit sekali membuat film tentang presiden, meski sekarang trennya meningkat. [baca: (INFOGRAFIS) Siapa Presiden Indonesia Terbaik di Film Nasional?]
Advertisement
Ketika akan membuat daftar ini, kami membuat kriteria terlebih dahulu. Film tentang presiden di Hollywood masuk kategori film politik. Tapi, tak semua film politik berkisah tentang lembaga kepresidenan. Sebagai contoh, All The President's Men (1974), yang sering disebut sebagai film politik terbaik sekaligus film jurnalisme terbaik, bukanlah film tentang presiden meski kisahnya seputar borok di pemerintahan Presiden Richard Nixon. Film itu lebih tepat disebut sekedar film politik.
Contoh lain, JFK (1991) karya Oliver Stone. Meski judulnya adalah singkatan dari nama Presiden John F Kennedy, filmnya tak berkisah soal Kennedy, melainkan investigasi dan teori konspirasi seputar pembunuhan sang presiden.
Maka, daftar ini membatasi hanya pada film yang mengangkat sepenggal maupun seluruh kisah hidup sang presiden, entah presiden itu memang pernah hidup ataupun sekedar presiden fiktif.
Kami membatasi pilihan pada lima film yang menurut kami sangat layak tonton hingga kini.
Next page: 5. Dave
5. Dave
5. Dave (Sutr. Ivan Reitman, 1993)
Pada hakikatnya, Dave adalah sebuah film keluarga yang hangat. Film ini bukan film yang mengedepankan intrik politik. Kisahnya malah punya premis yang manis: bagaimana bila presiden pengganti ternyata lebih memikat dan lebih baik daripada presiden sesungguhnya? Alkisah, Dave Kovic (dimainkan Kevin Kline), seorang pria biasa, memiliki wajah dan perawakan yang mirip betul dengan Presiden Bill Mitchell. Syahdan, Presiden Mitchell diketahui koma ketika berhubungan seks dengan seorang pekerjanya. Agar tak terjadi skandal yang bakal mengguncang dunia, Dave diminta menggantikan sang presiden. Semula, sosok “presiden” Dave dikira gampang diperdaya. Nyatanya, Dave malah senang dengan pekerjaannya dan bisa mengambil keputusan yang baik untuk rakyat.
Next page: Thirteen Days
Advertisement
4. Thirteen Days
4. Thirteen Days (Sutr. Roger Donaldson, 2000)
Film thriller nan menegangkan persembahan Roger Donaldson ini mengangkat tiga belas hari paling menentukan pada Oktober 1962 saat Krisis Misil Kuba berlangsung. Pesawat tempur Amerika memotret Uni Soviet sedang membangun pangkalan senjata nuklir di Kuba. Presiden AS kala itu, Kennedy (Bruce Greenwood) harus mengambil keputusan agar dunia tidak jatuh pada perang nuklir. Film ini fokus pada Kennedy yang dibantu adiknya, Robert Kennedy (dimainkan Steven Culp) dan Kenny O’Donnell (dimainkan Kevin Costner) sebagai penasehatnya. Kita tahu, sejarah mencatat akhirnya dunia terhindar dari perang nuklir. Namun, film ini membuktikan betapa gentingnya saat itu.
Next page: W.
3. W.
3. W. (Sutr. Oliver Stone, 2008)
Oliver Stone bukan nama asing bagi karya sinema yang mengangkat tema politik. Film politik besutannya, biasanya mengundang kontroversi. Stone sudah membuat JFK (1991) tentang teori konspirasi seputar pembunuhan Kennedy maupun Nixon (1995), tentang hari-hari kelam saat Richard Nixon jadi presiden. Maka, ketika Oliver Stone membuat film biopic George W. Bush Jr., orang bertanya-tanya apa sudut pandang yang diambil Stone. Hasilnya: Stone menyoroti kehidupan Bush Jr. dari mulai kuliah hingga memenangi masa jabatan kedua pada 2004. Dalam sudut pandang Stone, apa yang dilakukan Presiden Bush Jr. saat menjabat memiliki latar belakang dari kehidupannya di masa lalu. Bush Jr. di sini digambarkan sebagai sosok pemberontak pada orangtua yang ingin membuktikan kalau ia bisa mengerjakan segalanya dengan benar. W. mungkin bukan film Oliver Stone terbaik (para pemainnya seperti sosok karikatural dari tokoh-tokoh nyata di masa Bush jr.). Namun, ia membuktikan komitmennya untuk mengundang kontroversi dan tak peduli Anda setuju atau tidak dengan sudut pandangnya.
Next page: The American President
Advertisement
The American President
2. The American President (Sutr. Rob Reiner, 1995)
Michael Douglas menjadi Andrew Shepard, seorang presiden fiktif dalam The American President. Film ini berwujud komedi romantis yang cocok ditonton saat Valentine. Kisahnya tentang presiden Amerika yang tak punya istri (persis salah satu kandidat capres kita saat ini, ya?). Sebagai komedi romantik, kisahnya memiliki premis, bagaimana jika presiden negara adidaya jatuh cinta lagi saat tengah menjabat? Ya, itulah yang dialami Presiden Shepard yang jatuh cinta pada seorang pelobi, Sydney Ellen Wade (Annette Benning). Sebagai presiden, Shepard memiliki batasan saat berkencan. Hal ini yang dibikin menarik oleh Rob Reiner dan skenario yang ditulis Aaron Sorkin. Naskah cerdas Sorkin dan penampilan Michael Douglas yang berwibawa sekaligus hangat membuat film ini mudah disukai siapa saja. (Trivia: The American President menjadi pemanasan bagi Aaron Sorkin mengangkat kisah kehidupan presiden. Dia kemudian menulis serial The West Wing dari 1999-2006 dengan mengasting Martin Sheen--yang di film ini jadi Kepala Staf Kepresidenan--jadi presiden.)
Next page: Lincoln
1. Lincoln
1. Lincoln (Sutr. Steven Spielberg, 2012)
Penampilan Daniel Day Lewis adalah anugrah pertama film ini. Anugerah kedua adalah filmnya sendiri. Totalitas akting Day-Lewis yang berbuah piala Oscar sebagai Presiden Lincoln adalah pameran akting terbaik. Sedang filmnya disebut kritikus fim New Yorker David Denby berhasil melakukan hal yang disebutnya "imagining the unimaginable." Sang kritikus tak pernah membayangkan film semacam ini bisa dibuat dan menghasilkan tontonan yang asyik. Ia sendiri menyebut Lincoln sebagai "legislative thriller." Lincoln adalah sebuah tontonan menegangkan tentang proses politik di ruang sidang parlemen dan kasak-kusuk para politisi abad ke-19. Sebagai sebuah film tegang, bukan senjata api beserta amunisinya yang menjadi bahan Spielberg melainkan perang kata-kata para politisi. Keunggulan dialog dalam Lincoln sepatutnya dialamatkan pada penulis skenario Tony Kushner, seorang penulis drama jempolan di AS. Tiga mutiara: Daniel Day Lewis, Steven Spielberg, dan Tony Kushner menghasilkan tontonan terbaik drama kepresidenan. (Ade/Mer)
Advertisement