Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan akan terus berusaha agar maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) kembali mengangkasa.
Sejumlah skema penyelamatan pun dilakukan, salah satunya dengan mengkonversi utang senilai Rp 7,9 triliun menjadi saham.
Pengamat Penerbangan Universitas Gadjah Mada Arista Admadjati mengatakan langkah tersebut memang harus dilakukan.
Tindakan itu penting mengingat penerbangan ke wilayah Timur Indonesia sebagai rute yang biasa dilewati Merpati sangat sedikit.
Belum lagi, tambah dia, Indonesia memang membutuhkan maskapai yang sehat untuk menghadapi penerbangan bebas (open sky) yang berlangsung mulai 2015.
"Saya memang setuju, fungsi strategis BUMN, punya pengalaman, sekarang ini terjadi kekurangan supply seat Indonesia bagian Timur juga ASEAN open sky 2015," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (9/7/2014).
Namun demikian, katanya model skema tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Rencana tesebut harus segera terealisasi agar nasib pekerja di maskapai ini jelas.
"Saya harap segera dilaksanakan, supaya karyawan tak terkatung-katung. Indonesia Timur juga kekurangan," tambahnya.
Dia mengaku khawatir, jika tak segera ada langkah strategis untuk menyelamatkan Merpati maka akan terlambat. Hal tersebut mengingat, saat ini telah memasuki masa pergantian pemerintahan.
"Yang saya takutkan karena masa transisi, Menteri BUMN harus lebih cepat. Masalah kekhawatiran pergantian kabinet," tutup dia. (Amd/Nrm)
Advertisement