Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,50 persen dengan suku bunga Lending Facility dan Suku Bunga Deposit Facility masing-masing di level 7,50 persen dan 5,75 persen.
Direktur eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga tersebut setelah melihat bahwa angka inflasi sampai dengan juni kemarin sesuai dengan target Bank Indonesia. "Sasaran inflasi sampai akhir tahun di kisaran 4,5 persen dan 4 persen pada 2015," jelasnya.
Pada minggu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni sebesar 0,43 persen. Sedangkan untuk inflasi kalender atau dari Januari hingga Juni tercatat sebesar 1,99 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun atau Juni 2014 terhadap juni 2013 sebesar 6,7 persen.
Alasan lain BI menahan BI Rate adalah untuk mendorong neraca perdagangan terus berada di level yang lebih sehat.
Neraca perdagangan Mei 2014 mengalami surplus US$ 69,9 juta yang terdiri dari surplus non-migas US$ 1,4 miliar dan defisit neraca perdagangan migas US$ 1,3 miliar.
Kondisi neraca perdagangan Mei 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan neraca perdagangan di periode yang sama di 2013 yang mengalami defisit masing-masing US$ 1,96 miliar dan US$ 527 juta.
Langkah Bank Indonesia mempertahankan BI Rate tersebut sesuai dengan prediksi tiga pengamat ekonomi yang dihubungi oleh Liputan6.com.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destri Damayanti, Ekonom Universitas Gajah Mada Yogyakarta Tony Prasetyantono dan Direktur PT Bahana TCW Asset Management Gudi Hikmat memperkirakan BI Rate tetap di level 7,50 persen.
"BI Rate dibandingkan inflasi inti secara internal besar gap selisihnya. Kalau BI menaikkan suku bunga acuan maka ekonomi Indonesia bisa jauh lebih melambat. BI Rate sudah ketinggian," kata Budi.
"Meski rupiah menguat, namun belum cukup alasan untuk menurunkan suku bunga acuan," tutur Tony.
"BI masih akan mempertahankan kebijakan prudentnya dalam rangka mengantisipasi tekanan yang masih mungkin terjadi yaitu defisit transaksi berjalan," ungkap Destri.
Untuk diketahui, dengan bertahannya BI Rate di level 7,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini, BI telah mempertahankan suku bunga acuan tersebut selama 9 bulan berturut-turut atau sejak 12 November 2013. (Yas/Gdn)
HEADLINE HARI INI
Geger Harvey Moeis dan Sandra Dewi Terdaftar BPJS Kesehatan Fakir Miskin, Kok Bisa?
Bank Indonesia Pertahankan BI Rate di Level 7,5%
"Meski rupiah menguat, namun belum cukup alasan untuk menurunkan suku bunga acuan," tutur Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetyantono.
diperbarui 10 Jul 2014, 14:59 WIBIlustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tujuan LBB: Mewujudkan Perdamaian dan Keamanan Dunia
Demi Gelandang Finlandia, 2 Klub Papan Bawah Liga Inggris Saling Sikut di Bursa Transfer Januari 2025
Polda Sulut Beber Angka Kecelakaan Lalu Lintas Sepanjang Tahun 2024
Sinopsis Film Korea Escape di Vidio, Sajikan Perpaduan Thriller dan Aksi Menegangkan Lee Je Hoon
Hasil PLN Mobile Proliga 2025: Jakarta Electric PLN Terlalu Tangguh untuk Yogya Falcons
PPN 12% Hanya Berlaku untuk Barang Mewah, jadi Hadiah Tahun Baru bagi Pengusaha
Kisah Abu Jahal dan Orang Jahiliyah Libur Maksiat di Bulan Rajab, Kenapa?
Memahami Tujuan Kuliah: Panduan Lengkap untuk Mahasiswa
Anggota Kodam Bukit Barisan Tangkap Begal yang Resahkan Warga Binjai
Resep Sambel Bawang Pedas Gurih, Lengkap dengan Variasi Lezat
VIDEO: Tiga Perwira Polisi Dipecat, Terbukti Memeras Warga Malaysia di DWP 2024
Fungsi Vitamin B2: Manfaat Penting untuk Kesehatan Tubuh