Liputan6.com, Doha - Selain nafsu penguasaan wilayah-wilayah, perampokan bank sentral, dan pencurian perlengkapan militer, ISIS melangkah lebih jauh dan mencoba menguasai olahraga dan hiburan yang boleh atau tidak boleh. Sesudah penguasaan secara jasmani, kini dimulailah penguasaan atas kehendak orang lain mengenai apa yang boleh ditonton dan apa yang tidak.
Belum lagi ketahuan siapa juara Piala Dunia 2014 di Brasil, laga bola sejagad tahun 2022 sudah mendapatkan ancaman. Dari para teroris.
Advertisement
Seperti yang dilansir dari Vocativ (8 Juli 2014), ISIS telah mengeluarkan ancaman halus kepada FIFA di awal minggu ini, memperingatkan mereka untuk tidak melaksanakan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Kelompok itu mengatakan bahwa pada saat itu, Qatar sudah termasuk dalam kalifah Islamiyah yang baru saja dibentuk "di bawah pemerintahan Kalifah Ibrahim bin Awad Alqarshi" -- nama lengkap pemimpin ISIS, al-Baghdady. Menurut kalifah itu, permainan sepakbola dianggap sebagai "penyelewengan dari Islam".
Pesan itu diterbitkan pada Minggu lalu dan menyebar secara meluas melalui media sosial. Karena kekisruhan yang sedang berlangsung di Suriah dan Irak dengan begitu banyaknya korban jiwa, yang mengundang keheranan adalah nada bicara ISIS dalam ancaman itu.
Dengan kesopanan memanggil presiden FIFA menurut nama depannya "Joseph", kelompok itu memberi "saran" kepada Mr Blatter untuk mencari tempat pengganti pelaksanaan di luar Qatar, sambil secara halus menyebutkan adanya rudal jarak jauh Scud yang diakui telah diperoleh oleh ISIS sehingga Qatar berada dalam jangkauannya.
Di akhir ancaman itu, kelompok itu menutup pesannya dengan ucapan "terima kasih".
Pesan lengkapnya, sebagaimana dicantumkan di forum ISIS, alplatformmedia.com, dan dicetak ulang dalam harian Mesir, Al Wattan, berbunyi demikian:
"Dari tentara negara Kalifah kepada presiden serikat sepakbola internasional Joseph S. Blatter:
Joseph yang terhormat,
Kami dulu pernah mengirim pesan kepada Anda di tahun 2010, ketika Anda memutuskan atau disogok oleh mantan Amir di Qatar untuk mengadakan Piala Dunia di Qatar. Sekarang, setelah berdirinya negeri Kalifah, kami menyatakan bahwa tidak akan ada Piala Dunia di Qatar karena Qatar akan menjadi bagian dari Kalifah di bawah kekuasaan Kalif Ibrahim Bin Awad Alqarshi (nama lengkap Al Baghdady) yang tidak mengijinkan korupsi dan penyelewengan dari Islam di negeri muslim. Inilah sebabnya kami menganjurkan kepada Anda supaya Anda memutuskan negara pengganti selain Qatar. Daulah Islamiyah memilik rudal-rudal jarak jauh yang dengan mudah mencapai Qatar, sebagaimana yang sudah diketahui oleh pihak Amerika Serikat.
Terima kasih."
Peringatan itu menyusul temuan oleh harian The Sunday Times bulan lalu yang merinci rencana keamanan untuk Qatar. Menurut pernyataan itu, terdapat "risiko tinggi" World Cup 2022 akan "dihentikan" seluruhnya oleh suatu serangan teror di emirat itu.
Qatar masuk dalam pusaran kontroversi setelah di tahun 2010 memenangkan pemilihan untuk menjadi negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah final Piala Dunia.
Salah satu keberatan utamanya adalah musim panas yang sangat terik di Qatar dengan suhu hingga 120 derajat Fahrenheit (setara dengan 49 derajat Celcius) yang tidak memungkinkan permainan sepakbola.
Beberapa keberatan lain di antaranya adalah skandal korupsi yang menggelayuti pemilihan Qatar dan catatan hak azasi manusia negara tersebut.
Menurut laporan Amnesty International di bulan Oktober 2013, pekerja tamu di Qatar "diperlakukan seperti ternak" dan ditempatkan di kondisi-kondisi kerja yang sama dengan perbudakan zaman modern.
Peringatan ISIS tidak jauh berbeda dari sejumlah fatwa dari sejumlah imam yang muncul seiring siklus Piala Dunia itu sendiri.
Di tahun 2010, amaran dari Stratfor yang diterbitkan segera sesudah pengumuman pemilihan Qatar oleh FIFA, mengutip pegiat fundamentalis yang mengatakan "Bodohlah kalian, ketahuilah bahwa Al Qaeda sedang akan menegakkan syariah Allah Subhanahu Wa Ta'ala."
Seorang pengguna, yang memakai nama Hafeed al-Hussein di forum daring Shumukh al-Islam, juga memiliki sejumlah ramalan perimbangan kekuatan di jazirah Arab.
"Barangkali Allah akan memberdayakan Al Qaeda sehingga menjadi penguasa dalam satu atau dua tahun mendatang, atau paling lama, lima tahun," katanya. "Di tahun 2022, tidak akan ada lagi negara yang bernama Qatar, dan tidak ada lagi provinsi bernama Kuwait dan tidak ada lagi Saudi (Arabia). Yang ada adalah suatu emir bernama Daulah Islamiyah," tambahnya. (Ein)