Kisah Rabu Malam Mematikan di Gaza

Sejak Israel melancarkan Operasi 'Protective Edge' ke Jalur Gaza, lebih dari 80 nyawa melayang, 18 di antaranya adalah anak-anak.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 11 Jul 2014, 11:51 WIB
Usai dilancarkannya serangan udara Israel ke jalur Gaza, warga Palestina memeriksa kerusakan bangunan, Kamis (10/7/14). (AFP PHOTO/Said Khatib)

Liputan6.com, Gaza - Sejak Israel melancarkan Operasi 'Protective Edge' ke Jalur Gaza, lebih dari 80 nyawa melayang, 18 di antaranya adalah anak-anak. Dan hingga kini, Rabu 9 Juli 2014 malam adalah saat-saat yang paling mematikan. Di malam ketiga serangan negeri zionis.

Seperti Liputan6.com kutip dari CBS, Jumat (11/7/2014), para pejabat Israel mengatakan, mereka menargetkan lebih dari 300 sasaran di Jalur Gaza yang kecil dan padat penduduk.

Rudal-rudal Israel memerahkan langit malam, memicu kepanikan di darat. Pagi harinya, rakyat Palestina di Khan Younis memakamkan para korban, termasuk sebuah keluarga yang terdiri dari 8 orang.

Rumah-rumah rata dengan tanah akibat serangan Israel. Dari sebuah tempat tinggal yang hancur, seorang pria dewasa dan 2 anak-anak dilarikan ke rumah sakit. Sementara seorang perempuan dewasa dan satu anak lainnya masih hilang.

Israel berdalih, mereka menargetkan teroris di Gaza -- pusat komando dan fasilitas peluncur roket yang digunakan Hamas.

Namun, di Rumah Sakit Al Shifa, Dr Eyman Al-Samani mengatakan korban luka mayoritas justru warga sipil, beberapa di antaranya adalah anak-anak.

"Rumah sakit saat ini penuh," kata dia. "ICU tak ada yang kosong. Aku tak tahu bagaimana menanganinya. Seperti yang kalian lihat, mereka (korban) semua adalah anak-anak," kata dia, menunjuk pada seorang anak muda yang berada di tandu.

Sementara itu, ribuan tentara Israel telah berkumpul di sepanjang perbatasan Gaza, meningkatkan kekhawatiran kemungkinan dilakukannya invasi darat yang akan membuat konflik makin meningkat secara dramatis, dan hampir pasti menyebabkan lonjakan jumlah korban tewas.

Di sisi lain, militan di Gaza bertubi-tubi meluncurkan roket ke arah berlawanan. Memicu raungan sirene di Kota Ashdod, Rabu lalu.

Sejauh ini, tidak ada korban jiwa dari pihak Israel. Sebagian berkat Iron Dome --sistem pertahanan anti-rudal negara zionis, yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan roket yang masuk.

Orang-orang Palestina tidak memiliki perlindungan dari bom yang dijatuhkan oleh pesawat tempur maupun drone Israel.

Dunia tak tinggal diam menyaksikan konflik tak seimbang itu. Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan gencatan senjata. Ia juga meminta masyarakat internasional untuk melakukan segala sesuatu untuk menghentikan kekerasan yang meningkat di Gaza.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis 10 Juli juga menyerukan diakhirinya aksi kekerasan di Gaza, selama pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Pihak Rusia menekankan perlunya untuk sesegera mungkin menghentikan konfrontasi bersenjata, yang menyebabkan beberapa korban di kalangan warga sipil," demikian pernyataan Kremlin.

Sementara, Menteri Luar Negeri Marty M. Natalegawa mengutuk serangan Israel ke warga sipil.

"Sudah tiba waktu, agar Israel betul-betul ditekan untuk menghentikan tindakan mereka yang biadab ini," jelas Menlu Marty melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com. (Tnt)

Baca juga:

Menlu Marty: Tiba Waktunya Kebiadaban Israel Dihentikan

Anak-anak di Gaza Tewas Kena Bom, Bocah Israel Main Dalam Bunker

Dalam 3 Hari Israel Telah Luncurkan 800 Ton Bom ke Gaza

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya