Penyerbuan Rumah Bordil di Baghdad Tewaskan 31 Orang

Pada Sabtu 12 Juli 2014, sekelompok orang bersenjata menghabisi 25 terduga PSK yang ditampung di sebuah apartemen.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 15 Jul 2014, 10:25 WIB
Gedung apartemen di Distrik Zayouna, Baghdad di mana pria bersenjata membantai 25 terduga PSK pada 12 Juli 2014 (Reuters)

Liputan6.com, Baghdad - Sebuah gedung apartemen kusam di Distrik Zayouna, Baghdad, menjadi saksi bisu sebuah pembantaian. Pada Sabtu 12 Juli 2014, sekelompok orang bersenjata menghabisi 25 terduga pekerja seks komersial (PSK) yang ditampung di sana.

Jumlah korban tewas akibat penyerbuan itu meningkat menjadi 31 orang pada Senin kemarin.

"Total jumlah yang tewas kini mencapai 31 orang, 2 di antaranya pria," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Saad Maan, seperti Liputan6.com kutip dari Al Arabiya, Selasa (15/7/2014).

Sebelumnya, sekelompok orang bersenjata menyerbu 2 gedung di area pemukiman di Distrik Zayouna -- yang terdiri dari flat-flat sewaan-- di mana germo terkenal menampung lebih dari 60 perempuan.

Foto-foto yang diambil pasca-kejadian menunjukkan foto seorang pria, yang menurut sumber kepolisian adalah germo, terbaring tak bernyawa di tengah kolam darah. Berdampingan dengan salah satu kaki tangannya yang juga tewas. Dua pria tersebut diduga diikat tangannya sebelum dieksekusi.

Gambar lain menunjukkan, jasad 5 perempuan yang berjongkok di pojok kamar mandi. Dinding dan lantai ruangan itu berlumuran darah. Mereka diduga berusaha lari dari para penyerang. Namun gagal.

Potret lain menunjukkan tubuh-tubuh tak bernyawa, beberapa memakai pakaian warga cerah, lainnya mengenakan baju hitam, berbaris di ruang tengah yang lantainya digenangi cairan merah berbau anyir: darah.

Akses ke satu-satunya jalan yang mengarah ke gedung 43 dan 44, tempat pembantaian terjadi, biasanya diawasi oleh polisi dan tentara. Tapi, pengawasan tak mampu mencegah insiden tersebut.

Warga sekitar mengatakan, germo -- yang dikenal dengan nama Aws -- adalah seorang yang ditokohkan di lingkungannya. Ia kerap menyuap petugas keamanan demi bisa menjalankan bisnis haramnya itu selama bertahun-tahun di sana.

"Ini adalah takdir bagi setiap jenis prostitusi," demikian tulisan yang tertera di pintu depan salah satu bangunan yang diserbu.

Tindakan seperti ini terhadap prostitusi kerap terjadi di Zayouna, namun apa yang terjadi Sabtu lalu adalah yang paling mematikan dalam kurun waktu bertahun-tahun.

Hingga berita ini diturunkan, belum jelas siapa yang melakukan pembunuhan besar-besaran itu. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab.

Kebanyakan warga takut untuk bicara, seiring makin kuatnya posisi milisi agama di ibukota Irak.  (Yus)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya