CSIS: 2 Capres Klaim Kemenangan Perburuk Keadaan

Philips memprediksi, bila pemerintah mendatang terpilih di atas luka sosial, maka akan terjadi efek lanjutan.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 15 Jul 2014, 18:06 WIB
Ilustrasi Prabowo - Jokowi (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Saling klaim kemenangan dari masing-masing pasangan capres dan cawapres akibat perbedaan hasil quick count atau hitung cepat, dinilai dapat membawa kerugian bagi Indonesia. Fenomena ini diyakini akan melukai publik.

"Penyelenggara quick count agak aneh kalau tiap kandidat punya penghitungan internal, karena tak ada ujungnya. Jadinya persoalan klaim akan memperburuk kondisi," ujar pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte, Jakarta, Selasa (15/7/2014).

"Luka sosial kita cukup dalam, perlu waktu menyembuhkan," tegas Philips.

Philips memprediksi, bila pemerintah mendatang terpilih di atas luka sosial, maka akan terjadi efek lanjutan. Ada 3 efek yang mungkin terjadi. "Kalau hasilnya dari luka, maka pertama, masyarakat kurang mempercayai pemerintah yang terpilih.Kedua, pemerintah masih akan menghadapi kompetitor yang marak. Dan terakhir, pemerintahan terganggu," kata dia.

Salah satu yang paling menonjol, kata Philips, adalah polarisasi parlemen menjadi 2 kubu. Seperti kubu Prabowo-Hatta yang membentuk Koalisi Permanen Merah Putih, yang menggunakan kekuatannya dalam mengesahkan perubahan UU MPR, DPR, DPR, dan DPRD (MD3).

"Banyak 'pemain' yang punya hak veto yang bisa memenjarakan presiden. Bola ada di tangan elite. Masyarakat lebih bisa menerima hasil Pemilu dibanding elite. Perdamaian antar elite tidak terjadi karena tak bisa menyelamatkan muka yang kalah. Keduanya mau menang," sindir Philips. (Mvi)

Baca juga:

Anies: Koalisi Merah Putih Dipermanenkan Itu Prematur

Prabowo Tunggu Pernyataan Siap Kalah dari Jokowi

Politisi Senior Golkar: Selamatkan Partai

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya