Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Pol Sutarman mengapresiasi gagasan deklarasi damai yang diusung relawan pendukung dari dua kubu pasangan capres-cawapres.
"Rakyat kita baru saja melaksanakan pesta demokrasi, pesta harus dihadiri dengan kedamaian. Saya meyakinkan bahwa konflik itu tidak akan pernah terjadi di NKRI tercinta ini," kata Kapolri Sutarman dalam pidato sambutan Deklarasi dan Pernyataan Sikap Relawan Pro NKRI dan Pemilu Jurdil di Balai Kartini, Jakarta, Minggu (20/7/2014).
Ia menegaskan, dalam kompetisi presiden harus ada yang menang dan kalah. "Yang menang harus diakui kemenangannya. Sekarang presiden dan wapres, harus ada yang menang. Tidak mungkin tidak ada yang menang. Mana ada, Presiden siang 1, Presiden malam 1," guyon mantan Kabareskrim itu.
Ia mengingatkan, yang menentukan kemenangan pilpres adalah KPU bukan quick count (hitung cepat). Karena itu untuk menentukan kemenangan itu, masyarakat diajak menunggu hasil resmi yang akan diumumkan pada 22 Juli mendatang oleh KPU.
Advertisement
Dalam hal ini, lanjutnya, polri dan TNI dari awal telah mengawal penghitungan suara dari TPS, hingga ke KPU pusat. "Kami mengawal agar tidak ada suara rakyat yang ditambah dan dicurigai," ujar dia.
"Kita imbau relawan dan pendukung tidak perlu datang ke KPU. Cukup saksi saja yang mengawal. Kalau ada yang tidak puas, silakan proses ke MK (Mahkamah Konstitusi), itulah prosedur demokrasi kita," ujar dia.
Sutarman menjamin, saat pengumuman nanti tidak akan terjadi benturan maupun kerusuhan. Sebab, dia sudah meminta jajarannya di daerah untuk melakukan deklarasi damai sampai tingkat polda dan polresta.
"Saya instruksikan. Deklarasi ini action plan-nya tidak terjadi benturan dalam masyarakat kita. Dengan begitu demokrasi akan berakhir dengan kedamaian, dengan presiden dan capres terbaik bagi Indonesia. Jika sudah ditetapkan pemenangnya, kita harus mengawal dan mendukung, pemerintahan 5 tahun ke depan," ujar dia
Ia pun menegaskan, kepolisian tetap netral. Pernyataan ini untuk menampik anggapan bahwa kepolisian merupakan kelompok pendukung salah satu pasangan capres-cawapres. "Siapa pun Presidennya, polisi tetap Kepolisian Republik Indonesia," tegas dia.
Sementara inisiator dari pasangan relawan kubu Jokowi-JK, Herlanda menyatakan, pemilu presiden tidak hanya semata-mata pertarungan untuk memperebutkan kekuasaan. "Siapa pun nanti yang terpilih, baik itu Pak Prabowo-Hatta atau Pak Jokowi-JK, kita ingin keutuhan NKRI dan kewibawaan rakyat," ucap Herlanda.
Dari pasangan Prabowo-Hatta, relawan Ananda Mustajab Latif, mengaku akan berperan menjaga situasi damai pada saat pengumuman hasil pemilu presiden nanti.
"Kami berharap relawan Prabowo-Hatta agar legowo jika Jokowi-JK menang. Begitu juga sebaliknya, jika Prabowo-Hatta yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden maka kami menghormati karena itu keputusan rakyat," terang Ananda.
Dalam deklarasi dan pernyataan sikap itu, 2 kubu pasangan capres-cawapres menghasilkan 5 poin, yang dibacakan oleh perwakilan relawan Prabowo-Hatta, Ruri Semeru. Hadir juga sejumlah relawan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Salah satu poin dari deklarasi itu yakni menjaga dan mendahulukan keutuhan NKRI, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Poin lainnya mengajak seluruh elite politik dari kedua belah pihak untuk menghentikan sikap dan tindakan yang saling mendiskreditkan dan atau memecah belah rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air. (Sun)
Baca juga:
SBY Ajak Prabowo dan Jokowi Duduk Bersama di Istana
Panglima TNI dan Kapolri Hadiri Deklarasi Damai 2 Kubu Relawan
Bagaimana Jika Ada Capres Tolak Hasil Rekap KPU? Ini Prosedurnya