Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pertama, pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370 hilang bersama seluruh penumpangnya dan tidak pernah ditemukan jejaknya hingga sekarang. Empat bulan kemudian, Kamis (17/7/2014), salah satu armada Malaysia Airlines, MH17 ditembak rudal dan jatuh terbakar.
Ditimpa dua tragedi maut dalam waktu kurang dari setengah tahun, sanggupkah Malaysia Airlines melanjutkan operasinya?
Mengutip laman CNN Money, Senin (21/7/2014), dua tragedi tersebut telah merenggut 537 nyawa manusia dan memberikan duka yang mendalam bagi pihak keluarga. Tragedi tersebut juga akan menjadi kenangan buruk bagi masa depan maskapai asal Malaysia itu kedepannya
Selain itu, kemampuannya untuk mengatasi badai penerbangan lanjutan juga menjadi patut dipertanyakan. "Para konsumen menghindari Malaysia Airlines, membuat bisnisnya semakin tertekan," ungkap pengacara usaha penerbangan Justin Green.
Lebih buruk dari itu, Malaysia Airlines telah bergelut mempertahankan perusahaannya bahkan sebelum dua tragedi maut itu terjadi. Sebelum pesawat MH370 raib, iklim bisnis yang sulit memaksa maskapai tersebut berada di zona merah selama tiga tahun terturut-turut dan merugi hingga sekitar US$ 1,3 miliar.
"Tapi sekarang situasinya telah bertambah buruk. Kebangkrutan sangat mungkin terjadi," ungkap analis penerbangan di Aspire Aviation Daniel Tsang.
Menurut hukum internasional, Malaysia Airlines bertanggungjawab untuk membayar sekitar US$ 150 ribu pada masing-masing keluarga di dua pesawat maut tersebut. Meskipun maskapai MH17 jatuh karena ditembak rudal, tapi Malaysia Airlines sebenarnya bisa memilih untuk tidak terbang melalui zona perang Ukraina.
"Meskipun rute tersebut direstui Eurocontrol, tapi banyak maskapai lain menghindari jalur udara yang dilintasi MH17," ungkap Green.
Di tengah kondisi tersebut, para pelanggan Malaysia Airlines masih terbilang setia. Pasalnya, setelah pesawat MH370 menghilang pada 8 Maret, Malaysia Airlines tidak melihat penurunan tajam jumlah peumpang.
Tetapi jumlah penumpang pada Mei memang tercatat menurun empat persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Maskapai tersebut juga menawarkan ganti rugi serta pembelian tiket kembali hingga Desember jika ada yang ingin membatalkan atau menunda rencana penerbangannya.
Bahkan secara keseluruhan, perusahaan penerbangan asal Negeri Jiran itu mengalami peningkatan penumpang sebesar 13 persen. Faktor lain yang menunjukkan Malaysia Airlines bisa bertahan karena adanya dukungan pemerintah di balik operasinya.
Perusahaan investasi milik pemerintah tercatat memiliki 70 persen perusahaan tersebut yang mungkin membantu Malaysia Airlines melewati masa sulitnya. (Sis/Gdn)
Dihantam 2 Tragedi Maut, Malaysia Airlines Masih Bisa Bertahan?
Pesawat MH370 hilang dan tidak pernah ditemukan sejak 8 Maret 2014. Empat bulan kemudian, pesawat MH17 hangus terbakar ditembak rudal.
diperbarui 21 Jul 2014, 16:05 WIBIlustrasi MH17 terbakar (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kebiasaan yang Bisa Membantu Meningkatkan Kebahagiaan dan Mengurangi Stres
Mengenal Tanda Pria yang Mencintai dengan Tulus, Ini Cara Mudah Memastikannya
Apa Itu Malam Satu Suro: Tradisi dan Makna di Balik Perayaan Tahun Baru Jawa
Jadi Andalan Transisi Energi, PLN Jaga Pasokan Bahan Baku Biomassa
Tim Hukum PDIP Sebut Hasto Kristiyanto Ditarget Masuk Penjara Sebelum Kongres 2025
Sempat Dipergoki Istri Perkosa Anak Tiri, Pria 50 Tahun di Lampung Tengah Dicokok Polisi
IBL 2025 Dimulai 11 Januari, Persaingan Makin Seru dengan 11 Pemain Heritage/Naturalisasi
Resep Tongkol Bumbu Kuning yang Lezat, Cocok untuk Makan Siang
VIDEO: Aksi Heroik Pemobil Kejar dan Tangkap Remaja Pelaku Kreak di Ambarawa
Indonesia Re Ungkap Inisiatif dan Optimalitas Proses Bisnis di 2025
Startup Fintech Ini Himpun Pendanaan Utang USD 60 Juta
Cara Hilangkan Rasa Pahit Sawi dengan Teknik Memasak yang Tepat