Liputan6.com, Donetsk - Impian dan harapan para penumpang Malaysia Airlines MH17 yang terbang dari Amsterdam, Belanda ke Kuala Lumpur, Malaysia pada 17 Juli 2014 pupus. Termasuk seorang ibu dan putranya dari Amerika Serikat (AS).
Niat hati ingin berlibur ke negeri jiran, namun apa daya, perjalanan Gary Slok dan ibunya tak akan pernah sampai. Mereka dan sekitar 200 penumpang lainnya berkumpul di satu titik. Di Ukraina bagian timur. Pasca-dirudal oleh kelompok separatis dan meledak di udara.
Advertisement
Dilansir dari News.com.au, Senin (21/7/2014), maut menjemput Gary Slok dan sang bunda di kursi penerbangan MH17 yang meledak dihantam roket. Namun sebelumnya, mereka sempat menikmati detik-detik terakhir perjalanan dalam rangka liburan itu.
"Gary dan ibunya Petra sedang dalam perjalanan ke Malaysia untuk liburan sesuai impian mereka. Sayangnya, mereka tidak pernah mendapat kesempatan untuk memenuhi mimpi itu," kata juru bicara pihak Gary.
Menjelang maut menjemput, ibu-anak itu sempat berpose selfie dan mempostingnya di dunia maya sebelum lepas landas. Ternyata foto itu menjadi yang terakhir.
"Tapi cerita dan gambar terakhirnya memberitahu Anda, bagaimana impian banyak orang dengan kehidupan yang indah di depan mereka telah hancur," tambah jubir itu.
Sementara itu, sambil menunjukkan foto selfie sepasang kekasih, Bryce dan Daisy, wanita bernama Fredriksz mengutarakan permohonannya.
"Ini anak saya dan pacarnya. Usianya 23 dan 20 tahun. Mereka berdua ada di sana (Ukraina). Saya ingin jasad mereka kembali. Saya ingin menguburkan mereka. Lihat ini orang-orang tampan dan cantik. Tuan Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin), saya ingin mereka kembali," ucap Fredriksz.
Fredriksz mengaku khawatir dengan adanya kelompok pemberontak yang berjaga di lokasi jatuhnya pesawat. Dia juga mengaku heran mengapa separatis itu menghalangi upaya evakuasi tim internasional. Dia juga menyebut para korban MH17 digunakan sebagai pion dalam permainan politik internasional.
Baca Juga:
(Sss)