Liputan6.com, Moskow - Dewan Keamanan PBB mengesahkan sebuah resolusi berisi tuntutan akses ke lokasi kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17, yang jatuh di kawasan yang dikuasai pemberontak di Ukraina.
Selain meminta akses ke lokasi di Ukraina timur, resolusi itu juga mendesak diakhirinya kegiatan militer di sekitar wilayah tersebut. 15 anggota Dewan Kemanan secara bulat menerima usulan yang diajukan oleh Australia.
Seperti Liputan6.com kutip dari BBC Selasa (22/7/2014), keputusan dicapai setelah dilangsungkannya perundingan pada akhir pekan untuk mengatasi keberatan Rusia atas usulan itu, termasuk pembicaraan telepon antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Perdana Menteri Australia, Tony Abbot.
Resolusi tersebut juga menyerukan penyelidikan internasional yang menyeluruh dan mandiri, atas jatuhnya pesawat MH17 yang membawa 298 orang tersebut.
Sebelumnya, kelompok pemberontak pro-Rusia sudah memberikan izin untuk membawa jenazah korban ke kota Kharkiv. Dan diserahkan kepada para ahli internasional.
Negara-negara Barat menuding kelompok pemberontak menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines itu dengan menggunakan rudal yang berasal dari Rusia. Namun pemerintah Moskow membantah tuduhan bahwa mereka memberi senjata kepada kelompok pemberontak di Ukraina timur.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menyebutkan, bahwa satu pesawat militer Ukraina terbang dalam jangkauan tembak ke Malaysia Airlines sebelum pesawat itu jatuh. Presiden Ukraina Petro Poroshenko membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan semua pesawat Ukraina berada di darat saat MH17 ditembak jatuh.
Dalam perkembangan lain, jaksa penutut umum di Belanda sudah memulai penyelidikan kejahatan perang atas jatuhnya pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, sebelum akhirnya jatuh tersebut. (Safira Badri/Ein)
Baca Juga:
Advertisement
Bocah-Bocah Menggemaskan Korban Tewas MH17
Selfie Terakhir Ibu-Anak Jelang MH17 Meledak di Udara
Gagal ke Planet Mars, Perjalanan Gadis Ini Berakhir di MH17
