Liputan6.com, Donetsk - Rapat parlemen Ukraina terkait bantuan untuk menangani pesawat jatuh Malaysia Airlines MH17 berlangsung ricuh. Beberapa anggotanya terlibat saling pukul di depan ruang rapat. Baku hantam. Beruntung adegan itu berhasil dilerai, dan tak memakan korban.
Dikutip dari Independent, Rabu (23/7/2014), bentrokan terjadi setelah keputusan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich menyetujui untuk memanggil lebih banyak bala bantuan, guna mempertahankan diri. Karena jumlah pasukan Rusia di perbatasan timur Ukraina bertambah banyak.
Advertisement
Dalam video yang telah tersebar di dunia maya seperti dimuat Live Leak, seorang anggota parlemen terlihat maju ke depan ruang rapat. Lalu seorang lainnya menyusul, saling dorong satu sama lain dan salah satu dari mereka mengeluarkan bogem mentah.
Berdasarkan keterangan terkait rekaman yang dimuat Independent, politisi dari partai-partai nasionalis Ukraina dan anggota Partai Daerah terlibat saling gontok karena tak sejalan dengan peraturan dengan Presiden Yanukovich.
Politisi yang terlibat bentrok itu diidentifikasi sebagai Nikolai Levchenko, anggota parlemen dari Partai Daerah. Yang bereaksi terhadap suara dengan mengatakan parlemen bahwa tentara Ukraina telah membunuh orang-orang. Lalu mikrofonnya dimatikan oleh juru bicara Alexander Tyrchinov, dan didorong mundur oleh salah satu anggota oposisi.
Anggota parlemen lain kemudian terlibat aksi dorong-mendorong dengan puluhan anggota parlemen lain. Sebelum akhirnya berhasil ditenangkan.
Keputusan penerapan peraturan baru itu muncul, di tengah tuduhan Rusia telah mulai membangun kekuatan di perbatasan untuk membantu para pemberontak pro-Rusia. Sebelumnya pada bulan Mei, dilaporkan Rusia telah menarik 40 ribu pasukannya dari perbatasan Ukraina.
Namun, Sekretaris Keamanan dan Pertahanan Dewan Nasional Ukraina Andriy Paruby mengatakan Rusia kembali mengirim pasukan ke wilayah tersebut.
"Selama pekan lalu, dekat perbatasan Ukraina, telah terjadi regrouping dan pembangunan kekuatan dari Federasi Rusia," kata Paruby.
Menurut Paruby, jumlah pasukan Rusia di perbatasan sekarang melebihi 40 ribu. Dengan 150 tank, 400 kendaraan lapis baja dan 500 sistem senjata lainnya.
Klaim tersebut juga telah dibenarkan oleh laporan awal bulan NATO, yang mengklaim ada sekitar 10.000 hingga 12.000 tentara di daerah perbatasan Ukraina. Jumlahnya diperkirakan terus meningkat.
Paruby menuturkan, tindakan ini dianggap oleh Ukraina sebagai agresi terhadap negara.
Berdasarkan peraturan baru itu, bala bantuan tambahan yakni laki-laki berusia di bawah 50 tahun. Mereka akan dipanggil untuk membantu 'operasi anti-teroris' di perbatasan Ukraina.
Pada pemungutan suara parlemen di Dewan Agung Ukraina di Kiev itu, keputusan untuk 'melakukan mobilisasi parsial' diumumkan, terhitung 45 hari sejak rencana serupa diberikan lampu hijau.
Mayoritas anggota parlemen menyetujui peraturan baru itu. Total 232 dari 450 anggota parlemen memberikan suara mendukung keputusan, agar ribuan pasukan tambahan dikerahkan ke daerah konflik di sebelah timur negara itu. (Sss)