Liputan6.com, Jakarta - Mundurnya Prabowo Subianto dari gelanggang pemilu presiden yang sebentar lagi usai, memicu banyak tanggapan. Salah satunya dari pengamat politik Ikrar Nusa Bakti.
Mantan kepala pusat penelitian politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan, alasan yang digunakan Prabowo untuk mundur yakni banyak terjadi kecurangan, sulit dilakukan kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Kalau ada kecurangan massif di 5 ribu TPS, apakah partai yang kebetulan tidak ada kekuasaan mampu melakukan kecurangan massif, tersistematis, dan terstruktur? Yang bisa itu incumbent atau penguasa, itu teoritisnya," tegas Ikrar di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (23/7/2014).
Menurut Ikrar, kecurangan di 5 ribu TPS seperti yang selalu dikatakan Prabowo, tak beralasan. Sebab, tiap TPS selalu dihadiri saksi masing-masing. Seharusnya bila ada kecurangan, saksi Prabowo pasti berteriak.
"Kalau benar terjadi di 5 ribu TPS, ketika saksi pihak nomor 1 apakah mereka isi juga kecurangan tersebut," ungkapnya.
Ikrar mengatakan, sikap Prabowo itu hanya menurunkan derajatnya, dari seorang negarawan menjadi politisi biasa. "Prabowo menurunkan derajatnya dari kenegarawanan jadi derajat politisi."
Selain itu, Ikrar juga menuturkan, dari hasil pengamatannya Prabowo hampir 10 kali mengucapkan siap kalah dan siap menang. Sementara Jokowi hanya 1 kali berkata demikian. "Harusnya Prabowo bisa terima kekalahannya kalau dilihat dari kuantitas ia bicara demikian," imbuhnya.
Sementara itu, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komarudin Hidayat mengatakan, terlepas dari cibiran atas sikap Prabowo, ada hikmah yang dapat dipetik. Mantan Danjen Kopassus itu dinilai telah memberikan sumbangsih pada proses pendewasaan demokrasi.
"Apapun analisisnya, dia telah sumbang proses pendewasaan demokrasi. Dengan menghadapi turbulance, maka kita akan lebih berkembang. Saya harap pemenang melaksanakan mandat dan Prabowo pelajaran berharga bagi pendewasaan demokrasi," tandas Komarudin. (Mut)
Ikrar: 10 Kali Prabowo Bilang Siap Kalah, Tapi Tak Akui Kekalahan
Ikrar mengatakan, sikap Prabowo itu hanya menurunkan derajatnya, dari seorang negarawan menjadi politisi biasa.
diperbarui 23 Jul 2014, 13:26 WIBCapres no urut satu, Prabowo Subianto, memberikan pernyataan sikap seputar pelaksanaan Pilpres 2014 di rumah Polonia, Jakarta, (22/7/2014). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cara Menghilangkan Sakit Tenggorokan, Simak Panduan Lengkap dan Efektif Ini
VIDEO: Ridwan Kamil Sholat Subuh dan Ziarah ke Makam Pangeran Jayakarta di Hari Pencoblosan
Cara Menghilangkan Sakit Perut Saat Haid, Wanita Wajib Tahu
Lika-liku Ridwan Kamil dalam Pilgub Jakarta 2024, Sering Dihujat karena Rendahkan Martabat Perempuan hingga Cuitan Lawasnya Dibongkar
Cara Menghindari Pergaulan Bebas, Panduan Lengkap untuk Remaja dan Orang Tua
Pramono Anung Bakal Dampingi Megawati Mencoblos Pilkada Jakarta2024 di TPS 024 Kebagusan
Pilkada Jakarta Berjalan Kondusif, Pramono Apresiasi Ridwan Kamil dan Dharma Pongrekun
Dorong Perluasan Kerja di PEA, Kemenaker Tegaskan Komitmen Tingkatkan Kualitas SDM
Cara Menghilangkan Varises, Panduan Lengkap untuk Mengatasi Masalah Pembuluh Darah
Mendag Budi Tangkis Tudingan Satgas Impor Ilegal Tak Guna
Prabowo Pantau Quick Count Pilkada 2024 di Hambalang
Sering Bintangi Film Bertema Poligami, 8 Aktris Ini Pernah "Dimadu" Fedi Nuril