Forum Ilmuwan: Capres Undur Diri Negarawan Setengah Hati

Prabowo seharusnya membuktikan kecurangan yang disangkakan pihaknya ke KPU, ketimbang berkata yang tidak ada dasarnya.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Jul 2014, 19:31 WIB
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Yogyakarta - Penarikan diri capres Prabowo Subianto dari Pilpres 2014 dinilai negatif kalangan akademisi dan ilmuwan Yogyakarta. Sikap Prabowo yang mundur menjelang pengumuman hasil Pilpres 2014 disebut sebagai sikap negarawan yang setengah hati.

Salah satu anggota Forum Ilmuwan Yogyakarta Zuly Qodir mengatakan, Prabowo seharusnya membuktikan kecurangan yang disangkakan pihaknya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), ketimbang berkata yang tidak ada dasarnya.

"Capres undur diri negarawan setengah hati. Kalau memang ada terjadi kecurangan terstruktur, masif dan sistematis, maka sebut daerah mana tempat mana, siapa saksinya. Pokoknya banyak, lah pokoknya banyak itu di mana?" ujar Zuly di kampus Janabadra, Yogyakarta, Rabu (23/07/2014).

"Menurut saya, walau pun mereka didukung oleh akademisi, tapi ini keterlaluan. Ini tidak mencirikan orang yang mempunyai pengetahuan yang baik," sambung dia.

Menurut Zuly, Prabowo seharusnya bisa memaklumi, dalam setiap perlombaan pasti ada menang dan kalah. Sehingga sebagai seorang negarawan, Prabowo harusnya memberikan selamat dan legowo, serta mempercayakan kepemimpinan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sebagai rivalnya.

"Sudah ketakutan oleh bayangannya sendiri, pokoke harus menang. Sudah habis-habisan, perang badar, ternyata kalah. Pertandingan selalu ada yang menang dan yang kalah. 'Saya hormat kepada pasangan Jokowi-JK yang telah menang, semoga Anda amanah', itu ciri negarawan," ujar Zuly mencontohkan.

Dekan Filsafat UGM Muhtazar juga mengatakan hal serupa. Sikap Prabowo harus disikapi secara moral dan politik. Jika dilihat secara politik, sikap Prabowo jelas tidak perlu ditiru dan diteruskan. Namun jika dilihat dari sisi moral, Prabowo harus didukung untuk dapat membuktikan dugaan kecurangan yang ada.

"Kalau sebagai sikap politik, itu tidak mencerdaskan dan tidak pantas untuk diteruskan. Tapi kalau itu sikap moral terkait keberatan seperti KPU harus mendengarkan Bawaslu, itu kita harus dukung," tandas Muhtazar.

Prabowo menyatakan menolak dan menarik diri dari Pilpres 2014 tak lama sebelum KPU menyatakan Jokowi-JK sebagai pemenang.

Hasil rekapitulasi nasional dari 33 provinsi dan luar negeri, Jokowi-JK menang dengan perolehan suara 70.997.883 atau 53,15%. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan suara 62.576.444 atau 46,85%. Selisih perolehan keduanya sebesar 8.421.389 suara atau 6,3%.

Baca juga:

Di Mana Hatta Saat Prabowo Tolak Pilpres?

Jokowi Presiden, Pengamanan Pintu Masuk Kota Solo Diperketat

KPU: 3x24 Jam Tak Ada Gugatan ke MK, Jokowi Presiden Sudah Final

(Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya