Liputan6.com, New York - Sejak dulu, berbagai masalah dan kendala ekonomi selalu menjadi akar munculnya aksi kekerasan serta ketidakstabilan politik dunia. Artinya, jika masyarakat di sebuah negara hidup makmur, maka aksi kekerasan, konflik dan kejahatan akan berkurang lalu menghilang dengan sendirinya.
Seperti dilansir dari laman CNBC, Kamis (24/7/2014), meski terdengar sangat masuk akal, tapi teori tersebut ternyata tidak berlaku di Israel. Dengan kondisi perekonomian yang terus meningkat dan tingkat pengangguran yang semakin berkurang, Israel tetap tidak mengenal kata damai.
Bahkan banyak juga yang beranggapan insentif investasi khusus, pinjaman IMF dan NGO mampu memfasilitasi sejumlah program bisnis utama yang dianggap sebagai alat penting menjaga perdamaian.
Dalam perekonomian Timur Tengah, kemakmuran ternyata tak berarti perdamaian. Meski demikian, warga Palestina dan Israel pernah membangun perekonomian bersama dan hidup dengan damai.
Selama lebih dari 40 tahun warga muslim dan Yahudi bekerja bersama secara damai untuk memakmurkan negerinya. Hasilnya, Palestina mampu menyerap populasi Arab dan Yahudi yang besar untuk meningkatkan perekonomiannya.
Pada 1920-an dunia industri semakin berkembang dengan kemajuan di bidang pertanian. Kemakmuran ekonomi semakin jelas. Seharusnya, kemakmuran tersebut membawa perdamaian, tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Ketika Palestina mulai mengalami peningkatan bisnis hingga 400 persen, jumlah lowongan kerja meningkat 100 persen dan investasi tumbuh 10 ribu persen, kedamaian antara Yahudi dan Muslim mulai hancur.
Setelah kerusuhan anti-Yahudi di Hebron pada 1923, pertumpahan darah mulai menjadi hal yang biasa. Dan meskipun kemajuan ekonomi dan peluang kerja masih meningkat, tapi kedamaian tak pernah ada antar keduanya.
Sejak 2001, produk domestik bruto (PDB) Israel meningkat 1.000 persen dan tingkat perekonomiannya bahkan lebih besar dibandingkan Mesir. Padahal Mesir memiliki jumlah penduduk yang 10 kali lebih besar daripada Israel.
Pada saat bersamaan, pemerintah Palestina dan Hamas menerima bantuan investasi bernilai mliaran dolar. Tapi bukannya berdamai, kedua negara tersebut semakin bersitegang.
Begitulah akhirnya, selama politik selalu bergesekan dengan ekonomi di Timur Tengah, damai tak akan pernah terwujud. (Sis/Gdn)
Teori Kemakmuran Membawa Perdamaian Tak Berlaku di Israel
Berbagai masalah dan kendala ekonomi selalu menjadi akar munculnya aksi kekerasan serta ketidakstabilan politik dunia.
diperbarui 24 Jul 2014, 11:57 WIBIlustrasi Serangan Israel ke Jalur Gaza (Liputan6.com/M.Iqbal)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Vidio dan Bein Sports Gelar Nobar F1 Las Vegas di Jakarta, Meriah Diikuti Ratusan Penggemar
Tolong Niatkan Ini saat akan Ngaji, agar Peroleh Predikat Mulia Kata Ustadz Adi Hidayat
Ternyata Batang Singkong Bisa Gantikan Batu Bara
Hasil China Masters 2024: Kejutan Sabar/Reza Terhenti di Final
Komentar Negatif di Media Sosial Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental dan Mengubah Perilaku Seseorang
Menko PMK Pratikno Tinjau Progres Pembangunan Huntara bagi Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi
Darts National Competition 2024 Sukses, Persaingan 2025 Bakal Hadirkan 9 Seri
Polisi Gagalkan Penyelundupan 11 Kg Ganja Lewat Jasa Ekspedisi di Pelabuhan Bakauheni
Kementan Siapkan Strategi Program Makan Bergizi Gratis
LEDI Refleksikan Pendewasaan dan Perjalanan Emosional Lewat Mini Album She's 24
Peserta Didik Adalah: Memahami Peran Krusial dalam Pendidikan
Pre Conference Adalah: Panduan Lengkap Meningkatkan Efektivitas Asuhan Keperawatan