Digadang Jadi Mentan, Begini Respons Wamendag Bayu Krisnamurthi

Wamendag tidak membantah bahwa dirinya telah bertemu dengan Jokowi pada acara buka puasa bersama di kediaman Menko Perekonomian.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jul 2014, 18:02 WIB
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi disebut-sebut menjadi salah satu calon untuk mengisi kursi Menteri Pertanian pada masa pemerintahaan Joko Widodo-Jusuf Kalla periode 2014-2019.

Menanggapi hal tersebut, Bayu enggan memberikan komentar. Menurutnya jabatan menteri merupakan hak dari presiden untuk menentukan sehingga siapapun bisa diangkat menjadi menteri.

"Itu kan hak prerogratif. Kita lihat saja nanti. Tenang saja, masih lama. Melirik kan boleh saja, Pak Jokowi boleh-boleh saja melirik rakyatnya," ujarnya di Kantor Kementerian Pedagangan, Jakarta Pusat, Jumat (25/7/2014).

Meski demikian, Bayu tidak membantah bahwa dirinya telah bertemu dengan Jokowi pada acara buka puasa bersama di kediaman Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung pada Kamis malam.

"Iya tadi malam  saya buka puasa bersama Pak Jokowi, ramai-ramai ada 300 orang. Sama Pak CT juga kan. Pokoknya yang paling banyak curhat Pak CT dengan Pak Jokowi. Sudah lah yang seperti itu nggak usah, orang masih ada proses MK juga," kata dia.

Meski demikian, Bayu mengatakan memang banyak tugas yang harus dibenahi pemerintah mendatang. Bukan hanya sektor pertanian, tetapi juga pada sektor lain, seperti perdagangan yaitu bagaimana mengatur suplai kebutuhan masyarakat pada saat-saat tertentu seperti jelang lebaran seperti saat ini.

"Kalau secara nasional ya, bukan hanya pertanian adalah strategi dasar yang harus kita bawa ke depan itu bagaimana supply respond terhadap peningkatan permintaan. Bukan hanya dalam hal jumlah tapi juga kualitas, jenis, branding, packaging, delivery, yang sekarang berkembang dan meningkat di berbagai macam produk," jelas dia.

Berdasarkan pengalamanannya berkantor di Kementerian Perdagangan, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor produksi dalam negeri harus bisa memberikan merespon yang baik terkait peningkatan permintaan semacam ini.

"Kalau nggak ya kita akan justru sayangkan potensinya. Potensinya tidak bisa kita manfaatkan apalagi dalam bisnis dan ekonomi. Demand itu adalah faktor yang paling pertama dilihat. Dan untuk di Indonesia demandnya ada, besar. Tumbuhnya pesat. Tinggal bagaimana kita bisa merespon bisa memanfaatkan itu," katanya.

Dia mengungkapkan, baik dari sisi produksi, pertanian dan industri harus mampu untuk melakukan supply respon terhadap pertumbuhan permintaan dan hal tersebut menjadi dasar strategi dilakukan dan dikembangkan mulai saat ini.

Bayu memaparkan, untuk mampu mengimbangi besarnya permintaan ini pertanian rakyat yang ada saat ini bukan berarti harus diindustrialisasi. Pasalnya banyak produk-produk pertanian baik dipasar tradisional maupun pasar modern yang merupakan produk segar namun makin banyak diminati, padahal tidak masuk dalam proses industrialisasi.

"Walaupun dalam penanganan masa panennya harus lebih baik, packaging, branding dan delivery-nya harus lebih baik. Kalau saya lihat dari sisi perdagangan, demandnya tumbuh besar untuk semuanya, nah tinggal bisa nggak kita mensuplai," terang dia.

Menurutnya, importasi yang saat ini banyak dilakukan oleh Indonesia terjadi karan permintaan yang tumbuh lebih pesat dari pada kemampuan dalam negeri untuk meresponnya. Bahkan dalam beberapa kondisi, lanjutnya, produksi dalam negeri malah menurun.

"Makanya balik lagi bahwa kita harus mampu membangun sisi suplai kita agar bisa merespon permintaan dengan baik," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya