Banyak Orang Simpan Uang di Singapura Bikin Likuiditas Bank Ketat

LDR industri perbankan nasional berada di level 90,30 persen pada akhir Mei 2014.

oleh Arthur Gideon diperbarui 01 Agu 2014, 13:59 WIB
Bank (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bankir menyebutkan terdapat dua penyebab industri perbankan nasional mengalami pengetatan likuiditas belakangan ini. Pertama karena banyak dana tidak disimpan di Indonesia. Kedua karena masih banyak masyarakat yang belum terjamah industri perbankan.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pada dasarnya dana masyarakat Indonesia cukup banyak tetapi sebagian besar tidak disimpan di Indonesia. "Banyak masyarakat dan juga perusahaan yang menyimpan dananya di Singapura," jelasnya seperti ditulis Jumat (1/8/2014).

Menurut Budi, jika dana-dana masyarakat dan perusahaan Indonesia disimpan di perbankan nasional maka likuiditas industri perbankan nasional tidak seketat saat ini.

Banyaknya masyarakat dan juga perusahaan Indonesia yang menyimpan dana di Singapura juga dikarenakan instrumen likuiditas perbankan nasional tidak terlalu dalam.

Penyebab kedua likuiditas perbankan nasional mengetat karena akses masyarakat terhadap perbankan masih kecil. Budi Bercerita beberapa tahun lalu terdapat program yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu Tabanas atau Tabungan Nasional.

Program tersebut cukup terbukti membuat masyarakat menyimpan dananya di perbankan nasional. Jika saat ini terdapat program yang serupa, bukan tidak mungkin likuiditas perbankan nasional akan lebih longgar.

Untuk diketahui, menurut data Bank Indonesia (BI), rasio penyaluran kredit terhadap pengumpulan dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) yang merupakan salah satu rasio untuk mengetahui tingkat likuiditas industri perbankan nasional berada di level 90,30 persen pada akhir Mei 2014, naik tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat berada di level 85,85 persen. (Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya