Liputan6.com, New York - Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Jumat (Sabtu pagi) ini, di mana indeks Standard & Poor 500 turun kembali di hari kedua, memberikan penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun.
Hal ini dipicu keprihatinan atas Argentina dan Portugal dibayangi kemungkinan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga rendah.
Advertisement
Indeks saham S&P 500 turun 0,3 persen menjadi 1.925,15 pukul 04:00 waktu New York, membuat kerugian menjadi 2,7 persen. Ini tercatat menjadi yang terburuk sejak Juni 2012.
Sementara indeks Dow Jones Industrial Average turun 69,93 poin, atau 0,4 persen menjadi 16.493,37. Sekitar 7,3 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, ini 27 persen di atas rata-rata tiga bulan.
"Apakah itu bank Portugal, Argentina atau dilanjutkan kerusuhan di Timur Tengah, tampaknya menjadi hal penting bagi investor saat ini," ujar Matt McCormick, Manajer Dana Bahl & Gaynor Inc, melansir laman Bloomberg.
Dia megatakan, awalanya geopolitik tidak menjadi masalah beberapa minggu yang lalu, namun kemudian mulai menjadi masalah yang lebih relevan, dan investor semakin menghindari risiko.
Penurunan antara ditunjukkan saham JPMorgan Chase & Co dan Morgan Stanley yang merosot lebih dari 2,1 persen usai ada masalah soal default kredit swap di Argentina senilai US$ 1 miliar. Saham LinkedIn Corp (LNKD) melonjak 12 persen setelah perusahaan memproyeksikan pendapatan lebih besar dari prediksi.
Saham AS bergabung dengan aksi jual global yang berlangsung kemarin, mengirimkan indeks S&P 500 menuju penurunan bulanan pertama sejak Januari, setelah perusahaan seperti Exxon Mobil Corp, Samsung Electronics Co melaporkan hasil yang mengecewakan investor. Adapula masalah bank Argentina yan gagal dan Banco Espirito Santo SA diperintahkan untuk meningkatkan modal.
Saham Banco Espirito Santo ditangguhkan regulator sekuritas Portugal setelah turun 50 persen di Lisbon. Pasar keuangan global bergolak bulan lalu setelah perusahaan induk dalam kelompok ini tak berhasil melakukan pembayaran.
Kegagalan Argentina untuk membayar bunga obligasi adalah peristiwa yang bisa memicu kredit default senilai US$ 1 miliar, menurut International Swaps & Derivatives Association. Argentina adalah negara pertama yang memicu default swap sejak Yunani merestrukturisasi utang pada 2012.
Indeks saham S&P 500, yang masih naik 4,2 persen tahun ini, telah kembali terkoreksi sebesar 10 persen sejak 2011. Indeks turun 3,2 persen dari rekor menjadi 1.987,98 pada 24 juli.http://www.liputan6.com/dashboard/articles/2085524/edit
Bursa saham AS sebelumnya berfluktuasi di hari pemerintah AS menunjukkan adanya penambahan lebih dari 200 ribu pekerjaan untuk bulan keenam pada bulan Juli, periode terpanjang sejak tahun 1997. Angka ini lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 230 ribu. (Nrm)