Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku terus merugi akibat penjualan elpiji 12 kilogram (kg) yang lebih rendah dari biaya produksinya. Untuk menekan kerugian, Pertamina berkeinginan untuk menaikkan harga elpiji 12 kg.
Awalnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang energi tersebut berniat menaikkan harga elpiji 12 kg pada Juni 2014. Namun, hal itu harus ditunda karena adanya beberapa momen penting di Tanah Air.
"Mestinya kami naikkan Juni, tapi kita empati kepada rakyat. Ada pileg (pemilihan legislatif), pilpres (pemilihan presiden), dan lebaran," kata Vice Presiden Elpiji dan Gas Product Pertamina, Gigih Wahyu Irianto, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (3/8/2014).
Gigih mengungkapkan, Pertamina menunda kenaikan harga elpiji juga dengan pertimbangan agar pemerintah bisa melakukan penataan makro ekonomi dengan baik. Jika melalui pertimbangan bisnis saja, Pertamina sudah melakukan kenaikan harga sejak lama.
"Kalau menurut insting bisnis sudah dari dulu-dulu (dinaikkan harganya)," tuturnya.
Advertisement
Meski telah menaikkan harga elpiji 12 kg pada awal 2014 sebesar Rp 1.000 per kg, namun Pertamina masih mengalami kerugian akibat adanya disparitas antara biaya produksi dengan harga jual elpiji 12 kg. Gigih memprediksi Pertamina bakal menelan kerugian hingga Rp 6 triliun jika harga elpiji 12 kg tidak naik lagi pada tahun ini.
"Kalau tidak rugi elpiji kan setor dividennya lebih besar," ungkapnya.