Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuaktif sepanjang sesi pertama perdagangan saham hari ini dengan kecenderungan berada di zona merah.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Selasa (5/8/2014), IHSG melemah 23,49 poin atau 0,46 persen ke level 5.095,75. Indeks saham LQ45 merosot 0,53 persen ke level 873,40. Seluruh indeks saham acuan berada di zona merah.
Advertisement
IHSG sempat menguat tipis pada pra pembukaan perdagangan saham ke level 5.123,06. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.124,98 dan level terendah 5.095,27. Sebanyak 167 saham melemah sehingga menekan indeks saham. Ada 103 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Lalu 71 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 140.649 kali dengan volume perdagangan sahaam 3,09 miliar saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 2,97 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah pada sesi pertama kecuali sektor saham pertambangan naik 0,41 persen dan sektor saham konstruksi menguat 1 persen. Ada pun sektor saham yang menekan indeks saham antara lain sektor saham aneka industri melemah 1,41 persen. Sektor saham manufaktur tergelincir 0,97 persen, dan sektor saham consumer goods turun 0,96 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 100 miliar. Sedangkan aksi beli investor lokal mencapai Rp 200 miliar. Adapun saham-saham yang menguat pada sesi pertama yaitu saham ASDM menguat 12,50 persen ke level Rp 900 per saham, saham SMRU naik 9,57 persen ke level Rp 126 per saham, dan saham GSMF mendaki 8,7 persen ke level Rp 75 per saham.
Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham yaitu saham BAYU melemah 19,87 persen ke level Rp 605 per saham, saham GDYR turun 19,58 persen ke level Rp 13.450 per saham, dan saham IIKP tergelincir 17,86 persen ke level Rp 1.150 per saham.
Pelemahan IHSG ini didorong dari rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melambat pada kuartal II 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen pada kuartal II 2014, dan angka ini di bawah konsensus pasar di kisaran 5,2 persen.
"Iya melambat (pertumbuhan ekonomi). Itu yang buat panik meski seharusnya tidak perlu panik karena wajar terjadi. Ekspansi investasi dan belanja pemerintah masih melambat. Terus konsumsi yang sebagai penopang juga berkurang karena memang dipaksa untuk turun agar impornya berkurang," ujar pengamat pasar modal, Reza Priyambada, saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/)