PLN Ingkari Kesepakatan, Pertamina Rugi US$ 45 Juta

PT Pertamina akan menjual harga solar sesuai harga keekonomian mulai semester kedua 2014 kepada PLN, setelah PLN ingkari kesepakatan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Agu 2014, 14:15 WIB
Mulai 1 Agustus 2014 ini Pemerintah menghapus penjualan Solar bersubsidi untuk wilayah Jakarta Pusat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan menanggung kerugian mencapai US$ 45 juta selama semester pertama 2014 karena menjual solar ke PT PLN (Persero) tidak dengan harga keekonomian.

Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya mengatakan, Pertamina dan PLN melakukan jual beli solar dengan skema Business to Business, masing-masing direktur utama kedua perusahaan pun sudah melakukan pembicaraan tentang harga jual solar.

"PLN ini kan B to B. Harus bersepakat harga jualnya. Tahun lalu dirut PLN dan dirut Pertamina sudah bertemu untuk bicarakan harga jual BBMnya. Karena harga sebelumnya Pertamina rugi," kata Hanung, di Kanto Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (5/8/2014).

Hanung melanjutkan, dalam penentuan harga jual solar, PLN mengusulkan dihitung oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Pertamina sepakat atas usulan tersebut.

"Kemudian Dirut PLN usulkan cari second opinion, yakni BPKP. Kami sepakat. Dirut PLN tulis surat ke BPKP minta hitungan beliau pada harga berapa yang layak antara pertamina dan PLN," tutur Hanung.

Namun menurut Hanung, PLN mengingkari harga yang telah ditetapkan BPKP, kedua perusahaan tersebut pun melakukan negosiasi namun tak menemukan jalan keluar.  Dalam kontrak yang ada, ada klausul jika kontrak baru belum bisa disepakati maka gunakan volume tahun lalu, 50 persen menggunakan formula harga kontrak yang lama.

Klausul tersebut sudah habis masa berlakukan sampai 24 Juni lalu. Sehingga setelah tanggal tersebut seharusnya Pertamina menjual dengan harga solar keekonomian.

"BPKP keluarkan rekomendasi, PLN mengingkari. Esensinya itu. Kita terkejut juga. Sudah bersepakat kok diingkari. Terus berjalan negosiasi harga tidak tercapai, Seharusnya mulai itu kami menjual harga keekonomian," ungkapnya.

Hanung menambahkan, karena  mempertimbangkan puasa dan Lebaran keputusan tersebut ditunda Pertamina. Namun karena Pertamina sudah menelan kerugian US$ 45 juta atas penjualan solar yang tak sesuai dengan harga keekonomian selama semester pertama 2014, Pertamina akan menjual solar dengan harga keekonomian kepada PLN mulai pekan ini untuk di wilayah tertentu.

"Satu semester kami sudah rugi 45 juta dolar. Gak boleh dong rugi. Sehingga keluarkan kebijakan pekan ini lakukan penjualan BBM harga keekonomian di wilayah tertentu. Kami mulai dari Medan, lakukan bertahap," papar Hanung.

Hanung mengungkapkan, jika tidak ada perubahan dari PLN, Pertamina akan terapkan ke seluruh wilayah. Meski begitu, Pertamina belum memutuskan untuk menghentikan pasokan solar ke PLN.

"Kalau nggak ada itikad baik, kami berikan semua harga. Kami persilahkan PLN mencari pemasok lainnya. Tidak ada (putus pasokan). Kami belum bersepakat merumuskan kontrak baru. Dalam kontrak lama ada klausul itu. Ini legal. Kemarin saya baca di media, PLN untung Rp 12 triliun, selamat tapi nggak fair dong. BBM dari Pertamina, Pertamina suruh rugi," pungkasnya. (Pew/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya