3 Alasan Indonesia Sulit Terjangkit Ebola

Virus ebola ini bukanlah hal yang perlu ditakuti saat ini oleh masyarakat Indonesia.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 06 Agu 2014, 10:00 WIB
Virus ebola ini bukanlah hal yang perlu ditakuti saat ini oleh masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Virus ebola yang menyerang dataran Afrika memang mematikan. Tapi menurut Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Slamet, virus ini bukanlah hal yang perlu ditakuti saat ini oleh masyarakat Indonesia. Beliau pun menegaskan 3 alasan mengapa virus ebola akan sulit masuk di Indonesia, seperti misalnya:


Tak ada penerbangan langsung



1. Tidak ada penerbangan langsung antar Indonesia dan Afrika

Laporan Kepala Balitbangkes Tjandra Yoga Aditama menunjukkan, pada saat ini terdapat 39 bandara internasional di 35 negara yang punya penerbangan langsung ke 3 negara terjangkit ebola.

Negara-negara itu kebanyakan ada di Afrika, Eropa dan Amerika. Namun, ditegaskan, tidak ada negara di Asia, termasuk Indonesia yang mempunyai jalur penerbangan langsung ke negara terjangkit.

Alasan WHO belum mengeluarkan WHO, menurut Tjandra disebabkan oleh kecilnya peluang penularan virus melalui udara, termasuk lewat jalur penerbangan.

“Virus ebola menular melalui kontak langsung dengan darah atau sekret tubuh, dan feses. Virus tidak menular lewat udara sehingga penularan tergolong rendah kalau hanya di jalur penerbangan," katanya.


Masa inkubasi



2. Masa inkubasi

Direktur Pengendalian Infeksi di National Emerging Infectious Disease Laboratories, Boston University, Dr Nahid Bhadelia, M.D., a pada Huffingtonpost mengatakan, Gejala Ebola biasanya terjadi 4-9 hari setelah pemaparan, dengan masa inkubasi hingga 21 hari.

Pada hari pertama hingga ketiga (hari-hari pertama penyakit), pasien mengalami gejala seperti flu dan merasa lemah. Sekira hari 4-7, penderita juga akan mengalami muntah, diare, mual, tekanan darah rendah, sakit kepala, dan anemia. Dan, pada hari 7-10, pasien akan mengalami perdarahan (eksternal dan internal) hingga menyebabkan koma, syok, dan kematian.

Penularan virus bukan dari udara seperti virus yang sempat menjangkiti Timur Tengah (MERS). Melainkan melalui cairan tubuh seperti nanah atau luka terbuka, lendir atau jaringan tubuh yang terinfeksi.


Waspada di pelabuhan



3. Kewaspadaan di sektor pelabuhan dan gerbang masuk orang asing

Baik di gerbang pelabuhan atau penerbangan, kata Slamet, saat ini peningkatan kewaspadaan telah dilakukan. Mereka yang teridentifikasi atau ada kecuriagaan, akan langsung dibawa petugas kesehatan. Tapi sekali lagi, ia menegaskan sejauh ini hal tersebut sulit ditemukan karena tidak ada penerbangan langsung dari negara Afrika.
 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya