Seorang wisatawan memasuki ruang penjara Khmer Merah Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Pengunjung melihat-lihat foto korban rezim Khmer Merah di bekas penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Salah satu pengunjung melintasi foto mantan pemimpin Khmer Merah yang dikenal dengan "Brother Number Two" Nuon Chea, di bekas penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida, Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Sebuah foto terpajang di dinding ruangan yang pernah menjadi tempat penyiksaan di bekas penjara Khmer Merah Tuol Sleng, Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Seorang pengunjung melihat foto-foto korban rezim Khmer Merah di bekas penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Sejak 1975 hingga 1979, ribuan orang dipenjarakan, disiksa dan dibunuh di penjara Tuol Sleng yang kini menjadi Museum Genosida di Phnom Penh, (5/8/2014). (REUTERS/Damir Sagolj)
Liputan6.com, Jakarta Seorang wisatawan memasuki penjara Khmer Merah Tuol Sleng yang kini jadi Museum Genosida di Phnom Penh, (5/8/14). (REUTERS/Damir Sagolj)