Bursa AS Rontok Akibat Memanasnya Konflik Ukraina

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh ke level terendah sejak April 2014.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 08 Agu 2014, 04:17 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) rontok, membawa indeks Dow Jones Industrial Average ke level terendah sejak April 2014. Pelemahan itu terjadi karena adanya kekhawatiran memanasnya konflik Ukraina yang mengimbangi data pendapatan yang lebih baik dari estimasi serta penurunan klaim pengangguran di AS.

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (8/8/2014), harga saham perusahaan perawatan kesehatan anjlok 1,2 persen karena Aetna Inc (AET) turun 4 persen. Tyson Foods Inc (TSN) turun 2 persen setelah Rusia melarang miliaran dolar impor makanan dari AS dan negara-negara lain sebagai balasan atas sanksi yang diberikan ke Rusia.

Harga saham 21st Century Fox Inc naik 5 persen merespons lonjakan omzet 2014 dari bisnis film X-Men: Days of Future Past" dan "Rio 2".

Indeks Standard & Poor 500 turun 0,6 persen menjadi 1.909,57 pada pukul 16:00 di New York. Indeks Dow Jones turun 75,07 poin, atau 0,5 persen ke 16.368,27. Sekitar 6,2 miliar saham diperdagangkan di Bursa AS, sekitar 6,8 persen di atas rata-rata tiga bulan.

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mendesak Rusia untuk menarik kembali pasukannya dan berhenti membantu para pemberontak.

Pasukan militer Rusia telah berada di sepanjang perbatasan dengan Ukraina, mendorong AS mengancam adanya risiko invasi. Presiden Rusia Vladimir Putin melawan Uni Eropa dan sanksi AS dengan membatasi impor makanan dari negara-negara yang berusaha untuk menghukum Rusia.

Di AS, data menunjukkan adanya pengurangan jumlah warga AS yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran pada pekan lalu.
Sebuah laporan pemerintah menunjukkan perusahaan di AS menambah lebih dari 200 ribu pekerjaan pada bulan lalu.

"Pasar telah merespons data ekonomi yang positif tersebut. Tapi ketika datang ke ketegangan geopolitik, sulit untuk beradaptasi," kata John Manley dari Wells Fargo Funds Management. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya