Liputan6.com, Tangerang - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Airlines (Persero) Emirsyah Satar segera lengser dari jabatannya pada tahun 2015. Ini karena dia sudah memimpin maskapai penerbangan nasional ini selama dua periode sejak 2005.
Lantas seperti apa kira-kira penggantinya. Emirsyah mengaku secara pribadi dirinya mengusulkan kepada pemegang saham untuk lebih baik menunjuk penggantinya berasal dari internal perusahaan.
Usulan tersebut dilandaskan penilaian jika direksi dari internal akan mempermudah proses transisi dan tidak akan mengganggu kondisi perusahaan.
"Supaya turbulance naik, kalau saya selalu melihat lebih bagus dari internal, tapi itu tentu bukan hak saya. Semua tergantung pemegang saham, mereka yang akan menentukan siapa penerusnya, tapi ini bukan itu berarti apa-apa," ujar di di Tangerang, Jumat (8/8/2014).
Selain itu, di akhir masa jabatannya, Emir mengaku memiliki beberapa catatan yang ingin disampaikan kepada calon penggantinya nanti.
"Garuda ini perusahaan yang besar sekali, ada baiknya siapa nanti itu bisa meningkatkan kinerjanya, karena bayangin saja, tahun 2006 Garuda hanya 150 flight sekarang 600 flight, belum ditambah Citilink, jadi perusahaan ini perusahaan besar," kata dia.
Advertisement
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku hingga saat ini masih belum memiliki sosok ideal untuk menggantikan Emirsyah Satar menjadi orang nomor 1 di perusahaan maskapai plat merah itu.
Namun begitu, untuk memimpin Garuda Indonesia ada beberapa syarat yang harus dipenuhi para kandidatnya.
"Pertama itu integritas, tidak boleh main korupsi, main komisi, main nepotisme, keluarga ikut campur dalam perusahaan," kata Dahlan.
Hal ini menjadi yang utama mengingat Garuda merupakan salah satu perusahaan maskapai penerbangan strategis di Indonesia.
Untuk syarat kedua, Dahlan menginginkan sosok tersebut adalah berasal dari kalangan orang yang memiliki latar belakang soal keuangan. "Tentu yang mengerti keuangan, karena banyak masalah itu di dalamnya," tegasnya. (Yas/Nrm)
Baca Juga