Kurangi Impor, Kalbe Farma Operasikan Pabrik Obat Kanker

PT Kalbe Farma Tbk akan memasarkan lima produk obat kanker pada 2014.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 08 Agu 2014, 20:00 WIB
Para ilmuwan melaporkan bahwa obat yang diresepkan untuk mengobati penyakit Parkinson ternyata membuat seorang wanita mengalami orgasme tak

Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mulai semester II 2014 akan memproduksi obat-obat penyakit kanker dari pabrik oncology barunya di kawasan Pulogadung, Jakarta.

Direktur Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menuturkan, pengoperasian pabrik ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia dari impor obat-obat untuk penyakit-penyakit berat layaknya kanker.

"Outputnya untuk kemoterapi obatnya nanti, di kuartal III kami mulai harapkan produksi tiga jenis produk, nanti kuartal IV tambah dua jenis dan tahun depan kami munculkan produk baru lagi," kata Vidjongtius di KalCare Lotte Shopping Aveneu Mall, Jakarta, Jumat (8/8/2014).

Mengenai pangsa pasarnya, Vidjongtius menjelaskan akan lebih fokus untuk pasar domestik terlebih dahulu untuk kemudian dalam jangka menengah akan melakukan ekspor.

Tujuan ekspor obat-obat kanker ini nantinya tahap awal hanya akan merambah pasar-pasar ASEAN mengingat pada tahun 2015 sudah diselenggarakan pasar bebas ASEAN.

"Tidak di situ saja, nanti kami juga akan tingkatkan kapasitas dan kualitas produknya untuk kemudian ekspor ke negara-negara eropa, karena oncology ini banyak dibutuhkan di negara-negara yang maju, seperti Eropa," paparnya.

Pabrik oncology ini sendiri didirikan Kalbe Farma sejak 2012, dengan target selesai dan mulai produksi pada 2014.

Tahap dua awal pabrik yang akan memiliki kapasitas tiga hingga empat juta unit obat per tahun ini adalah proses konstruksi dan kemudian pada 2014 adalah proses perizinan dan setelah itu produksi.

Sayangnya dalam pembuatan obat-obatan tersebut bahan-bahannya masih bersifat impor mengingat di Indonesia kualitasnya masih belum memadai.

"Bahan-bahannya memang betul, masih impor, karena skala ekonomis Indonesia masih rendah, sehingga kalau bahan baku dipilih dari Indonesia tidak bisa bersaing dengan luar negeri," pungkas Vidjongtius. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya